Destinasi Perbatasan Berpeluang Besar Gaet Wisatawan

Festival Crossborder Atambua 2018 yang menjadi agenda tahunan Kemenpar bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Provinsi NTT dan Dinas Pariwisata Kabupaten Belu menampilkan berbagai kesenian daerah. Foto:Dokpar

JELAJAH NUSA – Bagi  Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengitari destinasi tanah air sudah seperti sarapan pagi. Tugasnya sebagai Menpar tidak sekedar pada konsep-konsep smart yang ia torehkan dalam kertas-kertas kerja,tetapi juga melihat langsung kondisi riil di lapangan.

Dari sekian banyak destinasi yang pernah ia singgahi,kunjungan kerja ke Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 4 – 5 Oktober 2018, membuatnya benar-benar terkesan. Di sana, ia akan menghadiri di sejumlah event untuk meningkatkan wisata perbatasan (crossborder tourism).

“Kesan pertama saya ketika sampai di Pos Lintas Batas Negara ini adalah keren sekali. Jadi benar bahwa kita memiliki kebanggaan atas kedaulatan bangsa Indonesia,” ujar Arief.Ia mengatakan, pariwisata perbatasan atau border tourism jumlahnya sangat banyak di dunia.

Arief mencontohkan, negara-negara di Eropa yang jumlah kunjungan wisatawannya besar karena ditunjang dengan border tourism.

Seperti Prancis yang setiap tahunnya mencapai 80 juta wisatawan atau Spanyol yang mencapai 85 juta wisatawan.

Begitu juga dengan negara-negara kecil di Eropa yang memiliki jumlah wisatawan mencapai 10 juta karena ditopang oleh wisata perbatasan yang baik.

Karena itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus mengembangkan pariwisata perbatasan yang saat ini baru memberikan kontribusi sebesar 18 persen di Indonesia.

“Pariwisata perbatasan saat ini yang berjalan baru ada di Kepri (Kepulauan Riau) dan berhasil. Tapi kenapa hanya di Kepri? Padahal kita punya banyak titik sentuh dengan negara lain seperti di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan di NTT, khususnya di Belu atau Atambua ini,” ucap Arief.

Menurutnya, dengan keberadaan PLBN Motaain yang cukup baik, maka faktor aksesibilitas di Atambua sudah tidak ada kendala.

Hal yang masih perlu didorong adalah menghadirkan atraksi agar dapat menarik minat besar wisatawan, khususnya wisatawan dari Timor Leste.

Salah satu atraksi yang bisa dibuat adalah menawarkan wisata belanja kepada wisatawan dari Timor Leste dengan menghadirkan barang-barang yang lebih lengkap atau lebih murah daripada di Timor Leste. Lokasi yang bisa dijadikan kawasan wisata belanja adalah di area PLBN Motaain itu sendiri.

“Sekali kita di sini lebih lengkap, maka orang Timor Leste akan selalu belanja di sini. Saya yakin di sini juga bisa jadi atraksi wisata untuk akhir pekan,” katanya.

Tidak hanya dari Timor Leste tapi juga dari Belu. Semakin banyak crowd yang datang dari dua negara maka akan semakin bagus.

“Jadikanlah pasar itu hidup di sini dan itu akan menjadi daya tarik tersendiri untuk tetangga sebelah,” kata Arief.

Dirinya juga mendorong agar event besar digelar di Atambua untuk bisa menarik kunjungan wisatawan. Mulai dari event musik, budaya, hingga even yang memaksimalkan potensi sumber daya alam atau keindahan alam yang ada di Atambua dan NTT.

“Kita sudah dapat aksesnya (PLBN), yang belum atraksinya, maka saya dengan mudah kalau rekan-rekan Kemenpar minimal membuat empat atraksi besar di Atambua, saya akan langsung setuju. Karena cara paling mudah untuk menjaring ribuan wisman adalah melalui overland (Border Tourism),” ujar Arief.

Ia juga tidak terlalu khawatir untuk masalah amenitas. Dengan konsep Nomadic Tourism yang terus digalakkan Kemenpar, maka hal-hal penting dalam menjaring wisatawan sudah dapat teratasi.

“Yang paling bagus adalah nomadic tourism. Nomor satu adalah karavan, kedua kemah. Pilihlah spot-spot terindah di Belu untuk menjadi lokasi. Atau juga homepod,” tambahnya.

Intinya adalah buat amenitas yang mudah untuk berpindah-pindah dan tidak harus mahal.

“Silakan buat dan nanti akan kita undang investor untuk mengembangkan nomadic tourism di sini,” ucap Arief.

Selain meninjau PLBN Motaain, ia juga akan mengunjungi sejumlah destinasi yang ada di Atambua. Mulai dari Kawasan Wisata Mangrove Desa Dilawan, Pantai Berluli, hingga mengikuti Ritual Penyucian kembali Rumah Adat Suku Atok Bau Uma Meo.

Pada hari kedua, Arief akan menghadiri festival Fulan Fehan serta mengunjungi Pantai Pasir Putih Desa Kenebibi.

Di Pantai Pasir Putih ini, ia akan meresmikan Destinasi Digital dan pembukaan Festival Wonderful Indonesia.

Malam harinya, Arief akan hadir di konser Crossborder di lapangan umum Simpang Lima. Konser ini akan menghadirkan bintang tamu Maria Simorangkir yang merupakan jebolan Indonesian Idol 2017, band-band lokal dan Timor Leste, serta pertunjukan seni budaya.

Peningkatan crossborder tourism tersebut dilakukan untuk mencapai target kunjungan 17 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada 2018 dan 20 juta wisman pada 2019.

Pada hari pertama kunjungan kerjanya, Arief meninjau Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain. PLBN ini menjadi salah satu pintu masuk perbatasan wisatawan dari Timor Leste.

PLBN tersebut juga merupakan bagian dari Nawacita Presiden Joko Widodo , yaitu membangun dari daerah terluar.

Di sana, Arief melihat bagaimana layanan imigrasi dan bea cukai terhadap wisatawan dari Timor Leste yang masuk ke Indonesia.

Menurutnya, keberadaan PLBN Motaain dan layanannya yang baik sangat penting dalam mengembangkan wisata perbatasan.

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani, mengatakan bahwa pada pekan ini memang ada banyak kegiatan yang didukung Kemenpar.

Mulai dari festival Konser Musik Cross Border Atambua, Festival Wonderful Indonesia, dan Festival Fulan Fehan yang masuk dalam top 100 Calender of Event Kemenpar.

“Festival Crossborder Atambua 2018 adalah agenda tahunan Kemenpar yang bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Provinsi NTT dan Dinas Pariwisata Kabupaten Belu,” kata Giri.

NTT tahun ini memang ditargetkan sebagai penyumbang wsiman crossborder terbanyak kedua setelah Kepulauan Riau (Kepri). NTT ditargetkan menyumbang wisman sebesar 1.635.354 pada 2018.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, wisman Timor Leste pada periode Januari hingga Juli 2018 sudah mencapai 1.005.600. Naik 89,16 persen atau 531.600 wisman dibanding periode yang sama tahun lalu.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya