Keunikan Wetu Telu Di Kampung Adat Bayan
JELAJAH NUSA – Lombok Utara ternyata tak saja menyimpan keindahan panorama alamnya. Disini juga menarik untuk disaksikan,sebuah perkampungan adat Wetu Telu di Kampung Adat Bayan, Lombok Utara yang unik.
Pusat komunitas adat Wetu Telu ada di Kecamatan Bayan, Lombok Utara. Ritual, masjid kuno dan rumah adat yang ada di sana sangat digemari oleh wisatawan domestik maupun mancanegara untuk dikunjungi.
Seperti apa persisnya. Anda bisa langsung berkunjung ke Lombok Utara. Jangan lupa untuk singgah di Mesigit Beleq atau Masjid Kuno Bayan.
Masjid Kuno itu berdiri pada abad ke-16, sejak Islam pertama kali masuk di Bayan.
Atap bangunan masjid terbuat dari dan ilalang dan bambu yang disebut Santek. Dinding masjidnya juga terbuat dari anyaman bambu.
Posisi Masjid Kuno ini berada di atas bukit. Kyai dan masyarakat adat di sana menggunakan masjid ini sebagai tempat salat 2 kali dalam setahun, yaitu pada saat Salat Idul Fitri dan Idul Adha.
Di sekeliling masjid terdapat makam leluhur yang disebut Makam Reak, Makam Desanyar, Makam Sesait, dan Makam Mas Penghulu.
Keberadaan rumah ibadah dan rumah adat dalam sistem kebudayaan sangatlah penting bagi komunitas Wetu Telu.
Karena sistem keyakinan komunitas Wetu Telu merupakan penggabungan tradisi Islam dengan budaya lokal. Makanya tak heran dalam perayaan keagamaan, unsur-unsur budaya lokal menjadi sangat dominan.
Komunitas adat Wetu Telu membangun rumah adat untuk pemangku atau pejabat adatnya dalam sebuah kompleks perkampungan yang disebut Kampu. Sedangkan rumah adatnya disebut Bale Mengina.
Jika traveler mau berkunjung ke Bayan, selain akan menemukan Masjid Kuno dan Bale Mengina, di areal Kampu juga terdapat Berugaq yang memiliki bentuk dan fungsinya berbeda. Fungsi utama dari Berugaq adalah tempat untuk menerima tamu dan tempat dilaksanakannya ritual adat.
Berugaq ini wajib ada di beberapa perkampungan adat. Berugaq Saka Enem yang ada di masyarakat adat tidak dibakukan untuk jenis atapnya, boleh terbuat dari genting, seng atau yang lainnya. Tetapi utamanya, atapnya terbuat dari daun ilalang.
Pada bagian bawah Berugaq selalu memiliki pondasi, biasanya dari batu pipih, tempat bertumpunya tiang dan kaki Berugaq. Sementara Berugaq Saka Empat merupakan berugaq yang hanya memiliki empat tiang.
“Tidak ada aturan dalam berugaq Saka Empat. Bagi masyarakat adat hanya dijadikan sebagai Berugaq biasa. Tidak digunakan untuk ritual adat apapun,” terang Renadi, tokoh pemuda adat Bayan saat detikTravel berkunjung ke sana.
Seperti kebanyakan komunitas adat lainnya, komunitas adat Wetu Telu memegang teguh tradisi gotong-royong dengan semangat kekeluargaan. Di komunitas adat ini, kekompakan dan semangat kegotong-royongan itu terlihat dari misalnya ketika pembuatan dan pemindahan rumah adat.
Untuk mencapai kawasan wisata adat Bayan ini tak terlalu sulit, lokasinya sudah sangat lama dikenal. Jaraknya 60 kilo meter dari Kecamatan Tanjung, pusat pemerintahan di Kabupaten Lombok Utara. Waktu tempuhnya sekitar 1 jam lebih dari Tanjung.
Agar tak lagi penasaran,siapkan liburan Anda untuk berkunjung di kawasan ini.
(adh)