Kemenpar Ajak Mahasiswa Masuk Program Berkelanjutan
JELAJAH NUSA – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menghadirkan program berkesinambungan, seperti Wonderful Start Up Academy, Pengembangan Digital Destination bersama GenPI, dan bisnis Nomadic Tourism. Program ini diharapkan bisa mendorong mahasiswa dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, Wonderful Startup Academy merupakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bidang pariwisata yang akan dikembangkan Kemenpar.
Di sini, startup bidang pariwisata yang dibuat oleh anak muda dari sejumlah daerah di Indonesia nantinya dapat merangkul banyak UKM lokal serta akan diberi pelatihan dan modal.
Menurutnya, UKM pariwisata memang tidak secara langsung mendatangkan banyak wisatawan mancanegara (wisman) ke Tanah Air. Namun tentunya ikut berperan dalam berbagai hal, seperti mengembangkan sektor bisnis kepariwisataan Indonesia.
“Intinya begini, kita punya banyak koperasi dan UKM total lebih dari 50 juta. Untuk mengelola yang banyak ini tidak mungkin dengan cara biasa. Poin utamanya koperasi ini ingin kita kelola secara korporasi seperti perusahaan besar,” ujar Arief saat menjadi pembicara utama dalam acara Sustainable Tourism for Economic Development, di Grand Auditorium Universitas Bunda Mulia, Jakarta,pekan ini di Jakarta.
Dalam kegiatan tersebut, Arief menjelaskan paparan berjudul “Sustainable Tourism: Peran Pariwisata dalam Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”. Arief menyampaikan kinerja sektor Pariwisata Indonesia, peran Sustainable Tourism, dan Young Entrepreneurship in Tourism.
“Untuk pengembangan pariwisata harus selalu mengedepankan prinsip pariwisata berkelanjutan yang disebut 3P, yaitu Planet, People, dan Prosperity,” papar Arief.
Arief juga menjelaskan pengembangan pariwisata harus mengedepankan unsur kelestarian lingkungan, partisipasi masyarakat, dan kesejahteraan masyarakat.
People, jelas Arief, adalah kewajiban untuk memperhatikan keinginan wisatawan dengan mengajak mereka berpartisipasi dalam bermacam kegiatan komunitas lokal. Sementara Planet, adalah kewajiban untuk menjaga lingkungan.
“Dan Prosperity adalah kewajiban memperhatikan nilai-nilai ekonomis sebuah tempat wisata dan dampaknya terhadap penduduk lokal,” terang Arief.
Pada kesempatan itu, Arief menegaskan destinasi digital dan pariwisata yang berpindah-pindah (nomaden) merupakan strategi untuk merebut wisman. Dia menjelaskan bahwa destinasi digital adalah destinasi yang heboh di dunia maya, media sosial terutama Instagram.
“Generasi milenial atau lebih populer ‘kids zaman now’ sering menyebut diferensiasi produk destinasi baru ini dengan istilah Instagrammable. Saya ingin tahun 2018 ini ada 100 destinasi digital di 34 provinsi di Tanah Air,” kata Arief.
Sementara itu, untuk pariwisata nomaden, pada Rakornas akan fokus membahas pada nomadic aksesibilitas dan nomadic amenitas berikut atraksinya yang dapat mendorong para pelaku industri pariwisata agar ingin mengembangkan bisnis ini, terutama untuk amenitas dan aksesibilitasnya.
Menurutnya, pariwisata nomaden sebagai solusi dalam mengatasi keterbasan unsur 3A (atraksi, amenitas dan aksesibilitas) khususnya untuk sarana amenitas atau akomodasi yang sifatnya bisa dipindah-pindah dan bentuknya bermacam-macam seperti glamp camp, home pod dan caravan.
Sedangkan, sebagai aksesibilitasnya adalah sea plane dengan mudah membawa wisatawan dari pulau ke pulau, apalagi seperti di Indonesia di mana jumlah pulau mencapai 17 ribu lebih.
“Pariwisata nomaden untuk sementara akan difokuskan pada 10 destinasi prioritas atau ‘Bali baru’ dengan memanfaatkan empat destinasi sebagai pilot project yakni Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur,” ujar Arief.
Dalam kesempatan ini, Arief yang didampingi Staf Khusus Bidang Komunikasi Don Kardono dan Tenaga Ahli Sustainable Tourism Valerina Daniel juga melakukan peresmian Generasi Pesona Indonesia (GenPI) UBM.
(adh)