Kopi Andalan Jawa Barat Hadir Di Festival Patarema

Salah satu both kopi yang tampil di Festival Patarema ini menyediakan berbagai kopi unggulan. Foto:Jelajah Nusa/Adhi

JELAJAH NUSA – Kopi asal Jawa Barat terus berevolusi.Tampil dalam setiap kesempatan. Diberbagai event yang digelar, kopi “Sunda” ini selalu menghiasi both-both penyelenggaraan.

Di Festival Patarema di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, yang dibuka Jumat (6/7/2018),misalnya, sebanyak 15 stan dari berbagai kecamatan di Bandung Barat menyuguhkan kopi bercita rasa tinggi.

Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia Kabupaten Bandung Barat Kurnia Danumihardja mengungkapkan, sejumlah stan itu merupakan perwakilan dari beberapa sentra kopi di Bandung Barat, seperti Lembang, Gununghalu, Sindangkerta, dan Cikalongwetan.

“Ada banyak varian kopi yang disuguhkan, sehingga pengunjung bisa mencicipi sesuai dengan selera,” kata dia.

Penampilan salah satu peserta lomba kesenian tradisional dari perwakilan Kabupaten Cianjur. Foto:Adhi

Kurnia menuturkan, kopi asal Bandung Barat mendapatkan peringkat kedua pada Specialty Coffee Association of America Expo 2016 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Kopi peringkat pertama juga berasal dari Jawa Barat, tepatnya Kabupaten Bandung.

Kopi asal Bandung Barat tersebut dihasilkan dari daerah pegunungan di atas 1.000 mdpl di daerah Lembang, Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga. Daerah dengan ketinggian tersebut memang cocok untuk produksi biji kopi berkualitas.

Menurut Kurnia, festival yang menghadirkan produk-produk kopi baru pertama kali ini digelar di Bandung Barat. Hal ini bisa mendongkrak perkembangan bisnis kopi lantaran ada pertemuan langsung antara buyer dengan perajin kopi.

Musik bambu yang dimainkan para seniman Kabupaten Bandung Barat dalam pembukaan Festival Patarema 2018 di Kota Baru Parahyangan. Foto:Adhi

“Jadi memang, harus sering digelar festival seperti ini. Sebab saat ini, promosi kopi memang masih minim, terutama untuk pangsa pasar luar negeri,” ujarnya seraya menambahkan, saat ini harga kopi cukup baik, yakni Rp 70.000/kg untuk jenis greenbean serta Rp 8.000/kg untuk buah kopi ceri.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bandung Barat Sri Dustirawari menuturkan, festival kopi merupakan bagian dari Festival Patarema yang digelar pada 6-8 Juli 2018.

Selain kopi, dalam festival ini juga digelar berbagai kegiatan lain. Di antaranya Festival Bambu, Festival Soto Nusantara, serta Festival Film Turisme.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bandung Barat Sri Dustirawari menyempatkan foto di spot selfie usai membuka Festival Patarema. Foto:adhi

Juga Helaran Budaya, Festival Bunga, Pameran Ekonomi Kreatif, dan Ngopi Bareng. Kegiatan ini didukung penuh oleh Disparbud Provinsi Jawa Barat, Badan Ekonomi Kreatif (BEkraf), Pusbang Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Pariwisata RI.

Menurut Sri, ada dua kegiatan yang akan dipadukan menjadi satu dan menjadi sebuah harmonisasi. Keduanya adalah keragaman potensi kearifan budaya lokal dan kecantikan pesona bunga yang ada di Kabupaten Bandung Barat.Hal itu untuk menguatkan ikon Bandung sebagai Kota Kembang.

Pameran lukisan flora yang merapaikan Festival Patarema. Foto:adhi

“Dalam kegiatan ini, berbagai komunitas diajak untuk bersinergi secara pentahelix, yakni dengan pemerintah, swasta, media, serta akademisi. Sinergi ini diharapkan mampu mendongkrak pengembangan usaha ekonomi kreatif yang juga mendorong peningkatan ekonomi masyarakat,” kata Sri.

Usai pembukaan Festival Patarema,Sri Dustirawari, menyempatkan berkeliling melihat stand kopi. Ia juga beberapakali berdialog mengani kopi. Selain itu wanita muda yang energik ini juga menyempatlan selfie di beberapa spot yang sudah disediakan panitia.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya