Dengan STO Posisi Pariwisata Indonesia Kian Kuat
JELAJAH NUSA – Kementerian Pariwisata meluncurkan program Sustainable Tourism Observatory (STO).Program ini menggandeng 5 Perguruan Tinggi di Indonesia untuk mengembangkan destinasi pariwisata berkelanjutan.
Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kementerian Pariwisata, Indra Ni Tua , Kemenpar memiliki rencana strategis pembangunan pariwisata nasional, regional, dan global. Yaitu menjadikan pariwisata berkelanjutan sebagai dasar dan arahan.
“Kemenpar mempunyai program pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan memberikan pendamping kepada destinasi wisata. Sehingga pariwisata memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat,” jelas Indra Ni Tua,Minggu (1/7/2018).
Pendampingan tersebut diharapkan kemanfaatan bisa terus berlangsung dan dijaga.
“Itu yang menjadi agenda kita dan juga dunia dalam pengelolaan pariwisata berkonsep ekowisata,” ujar lanjut Indra.
Indra menambahkan, program kerjasama tersebut sejalan dengan program United Nations World Tourism Organization (UNWTO). Dimana saat ini telah ada 18 destinasi pariwisata internasional terdaftar sebagai lokasi STO di UNWTO. Lima diantaranya berada di Indonesia.
“Yakni Sleman bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada, Pangandaran bekerjasama dengan ITB, Sanur bekerjasama dengan Universitas Udayana, Sesaot bekerjasama dengan Universitas Mataram, dan Pangururan Samosir bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara,” terang Indra.
Sebagai sebuah program Pariwisata Berkelanjutan, prospek cerah ditunjukkan oleh 5 STO. Sleman misalnya. STO tersebut terdiri dari 2 desa wisata, yaitu Desa Wisata Pulesari dan Desa Ekowisata Pancoh. Keduanya dikelola dengan kerjasama Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pada tahun 2016 Desa Wisata Pulesari berhasil menarik 52.947 wisatawan. Angka tersebut menghasilkan pendapatan total sebesar Rp2.166.412.000.
Sedangkan Desa Ekowisata Pancoh di tahun 2016 berhasil menarik 2.784 wisatawan, dengan total pendapatan sebesar Rp1.000.000.000.
“Sebagai destinasi wisata berbasiskan Pariwisata Berkelanjutan keduanya mengandalkan penduduk lokal desa dalam pengelolaannya. Untuk itu pendampingan serta pelatihan diberikan sehingga masyarakat mampu mandiri. Begitu juga dengan STO lainnya,” terang Indra.
Terpisah Tenaga Ahli Menteri Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Valerina Daniel mengungkapkan program ini semakin memperkuat pariwisata Indonesia.
Ia mengungkapkan pariwisata berkelanjutan merupakan tren terkini yang menjadi incaran wisatawan dunia. Selain itu pariwisata berkelanjutan juga memberikan dampak positif dengan memberikan pembelajaraan bagi wisatawan domestik.
“Wisatawan zaman now diharapkan tidak hanya sekedar berkunjung ke destinasi, tapi juga terlibat menjaga lingkungan dan budayanya. Travel, enjoy, respect! Hal ini sesuai dengan prinsip Kementerian Pariwisata, “makin dilestarikan, makin mensejahterakan.” ungkapnya.
Valerina menambahkan, program pariwisata berkelanjutan juga semakin meningkat daya saing pariwisata Indonesia. Berdasarkan Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI), World Economic Forum (WEF), tahun 2017 daya saing pariwisata Indonesia naik ke peringkat 42 dari peringkat 50 ditahun 2015.
“Komitmen pemerintah ditunjukkan dengan menghubungkan sebagian besar target dan indikator SDGs ke dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN).
Selain itu Kemenpar pun mengeluarkan Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Sehingga acuannya pun jelas,” terangnya.
Menpar Arief berpandangan, natural maupun cultural harus lestari. Harus sustainable, agar bisa menjadi sumber devisa yang tak ada hentinya. Sehingga makin mensejahterakan masyarakat. Itulah tujuan dari pariwisata berkelanjutan.
“Kemenpar akan terus mendorong hal tersebut. Komitmen kami adalah menjadikan pariwisata sebagai leading sektor perekonomian masyarakat. Hanya dengan pariwisata berkelanjutan lah hal itu dapat terwujud,” ujar Menpar.
(adh)