Bapak Kepanduan Dunia Ama Soewarma Telah Pergi

KLIKNUSAE.com – Indonesia kehilangan “Bapak Kepanduan Dunia” sekaligus tokoh Jawa Barat. H. Ama Soewarma bin Mas Oetjik Durma, Selasa (19/6/2018) sekitar pukul 09.43. Ia telah berpulang di RS Boromeus Bandung.

Setelah disemayamkan di rumah duka Jalan Sangkuriang No 7 Bandung saksi sejarah Konferensi Asia Afrika Bandung tahun 1955. Dan, pendiri (owner) Sari Ater Hotel & Resort,Subang, Jawa Barat ini kemudian dimakamkan di Tempat Pemakanan Umum Sirnaraga,Kota Bandung.

Ama Soewarma wafat di usia 101 tahun. Suatu pencapaian luar biasa bagi usia seorang manusia. Perintis jasa pariwisata Jawa Barat ini meninggalkan 12 anak dan 49 cucu.

Banyak catatan sejarah semasa hidup mendiang Soewarma. Kekaguman ini pula yang di sampaikan mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat berkunjung ke Sari Ater Rabu, Rabu 21 Maret 2018 lalu.

“Luar biasa, dulu saya kesini jumpa bapak, sekarang alhamdullilah bisa ketemu lagi, tapi tidak banyak berubah ya,” kata SBY sambil menjabat erat tangan mendiang Soewarma dengan penuh kesan,ketika itu.

Kekaguman SBY terhadap Soewarma tentulah bukan tanpa alasan. Selain pengakuan dari dalam negeri, Soewarma juga membukukan tinta emas sebagai Bapak Kepanduan Dunia.

Pria kelahiran Cibatu, Garut, pada 3 Desember 1916  adalah satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang hadir pada Jambore Kepanduan Sedunia ke-5 di Vogelenzang, Belanda  pada 1937.

Inilah pertama kalinya Indonesia hadir di jambore tingkat dunia tersebut.

Pada Jambore tersebut dihadiri Baden-Powell (pendiri kepanduan dunia)  sekaligus Jambore terakhir baginya karena Baden-Powell kemudian meninggal pada tahun 1941.

Sekaligus jambore dunia terakhir sebelum pecahnya Perang Dunia II pada 1942.

Sementara itu, Jambore Kepanduan Sedunia berikutnya baru diadakan setelah Perang Dunia II usai, yaitu di Prancis pada 1947.

Karena kegigihan dan pengabdiannya kepada dunia kepanduan, harian Kompas, dalam salah satu catatannya menyebut Soewarma adalah The Last Boy Scout dari Indonesia.

Tak sampai disitu, pada masa KAA, almarhum juga memiliki peran penting. Ia bersama anak buahnya termasuk Abah Landoeng menyiapkan transportasi bagi delegasi negara-negara Asia Afrika.

Termasuk salah satunya adalah mobil mercy yang dipakai Ir. Soekarno yang kini dipajang di halaman depan Hotel Savoy Homan Bandung.

“Ya dia dipercaya menyediakan transportasi bagi utusan negara-negera peserta KAA. Kalau tidak salah waktu itu ada sekitar 200 mobil mercy dan 18 mobil untuk para kepala-kepala negara,” kata rekan sekaligus mantan anak buahnya, Abah Landoeng.

Atas jasanya itulah, Abah berpesan kepada generasi muda agar mencontoh sosok Soewarma yang ikhlas dalam membangun bangsa setta gigih dalam bekerja. Namun, tetap tidak melupakan orang-orang yang secara ekonomi berada di bawahnya.

“Dulu saat bersama pun, beliau tetap tawadhu dan taat dengan agama. Beliau sering berbaur dengan pekerjanya, ngopi, makan bareng tanpa ada batas majikan dan pekerjanya. Ini patut jadi contoh,” ungkapnya.

Di dunia pariwisata, mendiang Soewarma juga merupakan perintis pengenalan destinasi Jawa Barat di Eropa dan Amerika.

Mantan Presiden RI SBY menyampaikan rasa kagum terhadap kesehatan mendiang Soewarma saat berkunjung ke Sari Ater Hotel, Maret 2018 lalu. SBY pun menjabat erat tangan Soewarma. Foto:Adhi

Adalah putri sulung Soewarma, Tutti (73), bercerita bahwa almarhum sungguh bersemangat mengenalkan seni dan keindahan tanah Pasundan pada wisatawan, khususnya pelancong Eropa.

Besar di usaha otomotif, Soewarma mencoba mengenalkan keelokan pariwisata Jawa Barat dengan menggelar reli, pada era 1960-an. Sejumlah tempat wisata di pelosok Jawa Barat dijadikan rute reli mobil.

Agar kunjungan ke titik-titik keindahan alam unggulan Jawa Barat itu berkesan, Soewarma menyiapkan tenda bagi para peserta reli.

Reli itu menuai pujian dari peserta, termasuk tamu dari negara lain dan juga Gubernur Jakarta Ali Sadikin yang saat itu ikut serta.

“Waktu itu, Bapak sungguh-sungguh ingin mengenalkan pariwisata Jawa Barat. Karena saat itu wisatawan kalau turun dari airport kenalnya ke Jogja, Bali, enggak ada yang belok ke Bandung (Jawa Barat),” tutur Tutti.

Selain pariwisata Jawa Barat, Soewarma muda juga aktif mempromosikan kesenian Sunda. Ia mengumpulkan seniman gending karesmen untuk membuat kisah Sangkuriang.

Tak tanggung-tanggung, ia memboyong para seniman itu ke Jerman, lengkap dengan pakaian khas Sunda dan kain khas Jawa Barat.

“Gending itu dibawa ke Jerman, dikenalkan di Jerman. Bapak hanya ingin memperkenalkan Jawa Barat, pariwisata Jawa Barat, kesenian dan budaya Jawa Barat. Bagaimana menarik wisatawan ke Jawa Barat,” ujar Tutti.

Keberangkatan ke Jerman merupakan rutinitas biasa. Selain fokus di bidang penjualan Mercedes Benz kala itu, mendiang Soewarma juga menjalankan usaha pengangkutan eskpedisi lintasnegara.

Membangun Sari Ater

Tutti menceritakan betapa bersemangat Sang Ayah untuk menyebarkan keindahan Jawa Barat ke seantero dunia.Saat urusan bisnis jalan terus di negara manapun, promosi pariwisata dan kesenian Jawa Barat ikut dipresentasikan.

Soewarma ingin membuktikan pada wisatawan jika Indonesia memiliki banyak destinasi berlibur yang memukau.

Melengkapi pariwisata Jawa Barat, Soewarma mulai membangun Sari Ater Resort di Kabupaten Subang, pada 1974. Usaha itu dirintis dari nol.

Usaha itu kemudian ditekuni dan beberapa dipercayakan kepada anak-anaknya dengan disiplin. Kedisiplinan itu dihasilkan dari sifat dan janji kepanduan yang digeluti Soewarma saat muda.

“Bapak selalu gigih mengenalkan Jawa Barat, termasuk kepada tamu dari negara lain. Belia selalu berpesan, sebagai orang Jawa Barat harus memperkenalkan kesenian dan pariwisata Jawa Barat. Orang Sunda teh jangan melempem,” tuturnya. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya