Gaya dengan Bingkai Kacamata dari Bahan Tanduk
JELAJAH NUSA – Tanduk binatang ternak rupanya menyimpan potensi nilai bisnis manakala kembali diolah menjadi sebuah produk baru. Salah satunya sebagai bahan dasar frame atau bingkai kacamata. Bagi sebagian orang, saat ini bingkai kacamata tanduk boleh jadi tidak begitu familiar. Mereka lebih akrab dengan bingkai berbahan perak, gold flat, kayu, hingga serat karbon.
Mamat, seorang pengrajin asal Kota Bandung, menilik tanduk sebagai bahan olahan yang hasil produknya punya kelebihan. Bukan hanya lantaran dibuat secara manual alias hand made, tetapi juga berkaitan dengan kesehatan di seputar wajah dan telinga penggunanya.
“Saya punya keinginan untuk mengembalikan popularitas tanduk sebagai bahan frame kacamata. Ide awalnya back to basic. Dulu bahan tanduk sangat populer. Bahkan, kacamata pertama di dunia terbuat dari tanduk. Kaisar Romawi saja pernah menggunakannya,” ujar Mamat saat dijumpai di tempatnya berkarya di seputar Padasuka, Kota Bandung.
Salah satu kelebihan dari kacamata bingkai tanduk, imbuh dia, tidak akan menyebabkan alergi di seputar telinga dan wajah bagi pemakainya. Bingkai kacamata tanduk berbahan organik merupakan produk yang bernilai tinggi dan ramah lingkungan. Tak hanya memiliki nilai seni, tetapi juga menunjang bidang kesehatan khususnya untuk mata.
Kacamata tanduk dibuat dengan proses karbonisasi yang sempurna dari perubahan protein organik menjadi karbon organik. Dengan begitu, produk jadi bingkai kacamata tidak akan menyebabkan alergi di seputar telinga dan wajah bagi pemakainya. Malah, kacamata ini memberi kesan dan nuansa gaya yang berbeda lantaran terbilang langka di tengah para pengguna.
“Yang menjadi kunci pembuatan adalah kesempurnaan karbonisasi karena tidak semua tanduk dapat digunakan sebagai bahan frame. Tanduk yang digunakan adalah tanduk pilihan berkualitas baik,” kata pria yang menggemari musik bergenre rock ‘n roll ini.
Dengan desain yang elegan, Mamat menyediakan berbagai pilihan warna bingkai natural dan bening untuk varian produknya. Bingkai warna-warna terang ia ambil dari bahan baku tanduk domba garut. Sementara warna-warna gelap semisal hitam atau abu-abu menggunakan bahan tanduk kerbau. Tanduk sapi hanya digunakan sebagai variasi atau motif. Untuk menunjang produksi buatan tangannya itu, dia sudah menjalin kerja sama dengan penyedia tanduk di daerah Sukabumi.
“Kalau untuk stok bahan baku sudah ada. Saya dari awal dipasok penyedia tanduk dari Sukabumi. Sejauh ini tidak ada masalah, mau pesan sedikit atau banyak, tanduk berkualitas selalu tersedia di sana,” ujarnya.
Dalam hal pemasaran, Mamat sejatinya menyasar segmen menengah ke atas. Produk-produk berkualitasnya telah banyak dijual kepada para pelanggan tetap, direct selling ke berbagai daerah di Indonesia, hingga menerima pembeli dari luar negeri di ajang pameran. Dalam setiap produk kerajinan tangan ini, pengrajin menyertakan kemasan eksklusif berbahan kayu seperti jati dan maple.
Sebagai bagian penting dari dunia fashion, kacamata rupanya punya tempat dan prestise tersendiri. Sejak penggunaan kacamata kian marak di tengah masyarakat dan dunia optikal, sudah banyak pula material yang digunakan. Para seniman jagat hiburan hingga pesohor olah raga pun banyak yang mengoleksi dan mengenakannya untuk melengkapi penampilan. Berbagai produk kacamata ternama seakan telah menjadi bagian dari gaya hidup keseharian mereka.
Akan tetapi, kacamata berbahan tanduk seakan tenggelam di bawah bayang-bayang produk massal. Apa boleh buat, kacamata tanduk kebanyakan diproduksi secara manual. Terlebih, media bahan baku tanduk yang tidak besar atau luas. (IA)*