Kemenpar RI Tetapkan Tiga program Prioritas 2017

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menggelar Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) 2016 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata Jakarta, Rabu (21/12). (Foto Kemenpar)

Menpar Arief Yahya menggelar Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) 2016 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata Jakarta, Rabu (21/12). (Foto Kemenpar)

JELAJAH NUSA – Dalam upaya mencapai target kunjungan wisman 2017 sebesar 15 juta orang dan pergerakan wisnus 265 juta menuju target kunjungan 20 juta wisman dan pergerakan wisnus 275 juta di 2019, Kementerian Pariwisata RI meluncurkan tiga program prioritas 2017. Peluncuran berlangsung dalam acara Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) 2016 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata Jakarta, Rabu (21/12). Ketiga program prioritas tersebut, yaitu digital tourism, homestay (pondok wisata), dan konektivitas udara.

Seperti dirilis laman www.kemenpar.go.id, Arief Yahya menegaskan untuk meningkatkan kunjungan wisman secara signifikan digital tourism menjadi strategi yang harus dilakukan untuk merebut pasar global khususnya pada 12 pasar fokus yang tersebar di 26 negara.

Program digital tourism baru-baru ini dimulai dengan meluncurkan ITX (Indonesia Tourism Exchange) yang merupakan digital market place platform dalam ekosistem pariwisata atau pasar digital yang mempertemukan buyers dan sellers, nantinya semua travel agent, akomodasi, atraksi dikumpulkan untuk dapat bertransaksi. “Kami berharap triwulan II/2017 sudah operasional 100% dan semua industri pariwisata sudah go digital,” ujar Arief Yahya.

Selain itu juga telah diluncurkan War Room M-17 di Gedung Sapta Pesona, Kantor Kemenpar sebagai  pusat pemantauan berbasis teknologi digital. Dalam ruang War Room M-17 terdapat 16 layar LED touch screen untuk memantau 4 aktivitas utama yakni pergerakan angka-angka pemasaran mancanegara dan pemasaran nusantara, tampilan big data berisi  keluhan, kritik, saran, dan semua testimoni baik negatif maupun positif.

Pusat intelejen ini menampilkan pergerakan wisman dan wisnus secara real time update termasuk data strategi untuk menghadapi kompetitor, seperti Malaysia sebagai common enemy dan Thailand sebagai “lawan” profesional bagi pariwisata Indonesia. Ditampilkan pula indikator positif-negatif mengacu pada Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) World Economic Forum (WEF) sebagai standar global.

Sedangkan untuk program pembangunan homestay, Arief memaparkan hal ini sebagai program pembangunan ‘desa wisata’ yang akan dimulai kembali tahun 2017. Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan 10 destinasi prioritas sebagai ‘Bali Baru’ yakni: Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur), Mandalika (Lombok, NTB), Labuan Bajo (Flores, NTT), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku).

Program prioritas 2017 yang sangat startegis adalah pembangunan konektivitas udara. Mengingat sekitar 75% kunjungan wisman ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara sehingga tersedianya jumlah kursi pesawat (seat capacity) yang cukup menjadi kunci untuk mencapai target tahun 2017 hingga 2019 mendatang.

Arief Yahya menyebutkan, ketersediaan kapasitas seat sebanyak 19,5 juta oleh perusahaan maskapai penerbangan (airlines) Indonesia dan asing saat ini hanya cukup untuk menenuhi target kunjungan 12 juta wisman pada 2016, sedangkan untuk target 15 juta wisman tahun 2017 membutuhkan tambahan 4 juta seat.  Untuk target 18 juta wisman tahun 2018 membutuhkan tambahan 3,5 juta seat atau menjadi 7,5 juta seat, sedangkan untuk mendukung target 20 juta wisman pada 2019 perlu tambahan 3 juta seat atau menjadi 10,5 juta seat pesawat.

Sementara itu untuk memenuhi tambahan 4 juta seat dalam mendukung target 15 juta wisman pada 2017, Kemenpar melakukan strategi 3 A (Airlines–Airport & Air Navigation-Authorities) yang diawali dengan melakukan nota kesepahaman (MoU) kerjasama dengan perusahaan penerbangan Indonesia dan asing yaitu PT Angkasa Pura I & II dan AirNav Indonesia dalam upaya menambah direct flight (penerbangan langsung) berjadwal melalui pembukaan rute baru, extra flight,  maupun flight baru dari pasar potensial serta  pemberian incentive airport charge dan pengalokasian prioritas slot di sejumlah bandara internasional di Indonesia, serta promosi bersama dalam mewujudkan partnership action program untuk mendukung target pariwisata 2019. (IG)*

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya