Malam Romantis di Jazz Jam Session Campervan Park Ciater
KLIKNUSAE.com – Hawa dingin dari perbukitan Ciater tak menyurutkan semangat ratusan pengunjung yang memadati area Campervan Park, Sabtu malam, 15 November 2025.
Kabut tipis menggantung rendah, menyelimuti panggung sederhana yang berdiri di tengah hamparan rumput.
Sesekali cahaya lampu kuning hangat menembus kabut, menciptakan suasana yang seolah diambil dari adegan film romantis.
Di sinilah Sari Ater Jazz Jam Session digelar untuk pertama kalinya. Alunan saxophone, piano, dan bass yang dimainkan para musisi Jazz Bandung menggema ke seluruh penjuru area.
Membaur dengan aroma tanah basah dan tiupan angin pegunungan. Musik mengalir tanpa jeda, membiarkan siapa pun yang hadir hanyut dalam mood yang lembut dan intim.
Di antara kerumunan, tampak sekelompok pengunjung duduk di kursi lipat sambil menyesap kopi panas.
Sebagian lain memilih bersandar di campervan mereka, membuka jendela, dan membiarkan nada-nada jazz menjadi latar dari percakapan kecil yang hangat.
Mereka yang datang dengan tenda tampak paling bahagia—menikmati konser dari halaman “rumah” sementara mereka, hanya berjarak beberapa langkah dari panggung.
“Ini pengalaman yang beda banget, jazz di tengah kabut, sambil camping. Kaya festival di luar negeri,” ujar seorang pengunjung sambil membungkus dirinya dengan selimut tebal.
Sementara itu Dian Radian, DOSM Sari Ater Hot Spring, menyebut acara ini lahir dari kolaborasi antara pihaknya dan musisi jazz dari Kota Bandung.
Tujuannya sederhana, memberi ruang bagi musik dan alam untuk saling menyapa.
“Animo pengunjung cukup tinggi ya untuk menikmati acara musik di alam terbuka seperti ini,” katanya.

Suasana pengunjung Kafe Campers Shelter di Campervan Park, Sari Ater saat Jam Session berlangsung Sabtu malam, 15 November 2025. (Foto: Kliknusae.com/Adhi)
Pertemuan Hangat
Dian berharap Sari Ater Jazz Jam Session tak berhenti menjadi sekadar eksperimen.
Ia membayangkan panggung yang lebih besar, musisi yang lebih banyak, dan penonton yang datang dari lebih jauh.
“Semoga acara seperti ini akan berlanjut di masa depan. Bahkan akan digelar lebih besar lagi,” ujarnya, penuh optimisme.
Malam semakin larut, kabut bertambah tebal, tapi alunan jazz tak pernah benar-benar berhenti.
Sesekali, tepuk tangan pecah di antara gemerisik dedaunan.
Konser ini bukan sekadar penampilan musik—ini adalah perayaan suasana, pertemuan hangat antara manusia, alam, dan nada.
Di Sari Ater malam itu, jazz tidak hanya terdengar. Ia terasa. ***



