Jejak Raja Siam di Curug Dago, Simbol 75 tahun diplomasi Indonesia-Thailand.

KLIKNUSAE.com – Langit Kota  Bandung sedikit mendung saat rombongan tamu kehormatan menapaki jalur Curug Dago yang baru direnovasi, Rabu pagi, 23 Juli 2025.

Aroma tanah basah bercampur suara air yang mengalir dari ketinggian menyambut langkah mereka, menuju sebuah titik yang sarat makna sejarah, namanya Paviliun Thailand.

Pemerintah Kota Bandung meresmikan paviliun tersebut sebagai bagian dari peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Thailand.

Kegiatan ini juga bagian dari kolaborasi bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kedutaan Besar Kerajaan Thailand dan perusahaan migas PTTEP Indonesia.

Perayaan itu sekaligus menjadi bentuk penghormatan atas hari ulang tahun Raja Thailand, Maha Vajiralongkorn atau Rama X.

“Tempat ini bukan sekadar ruang terbuka hijau. Ia adalah pengingat akan jejak persahabatan dua bangsa,” kata Wali Kota Bandung Muhammad Farhan dalam pidatonya yang disambut tepuk tangan kecil dari para undangan.

Tak jauh dari lokasi berdirinya paviliun, dua batu besar mencatat kisah penting yang mengikat Thailand dan Bandung.

Di batu pertama terpatri nama Raja Chulalongkorn atau Rama V, yang mengunjungi tempat ini pada tahun 1901.

Kemudian, batu kedua menyimpan jejak sang putra, Raja Prajadhipok (Rama VII), yang datang bertahun kemudian.

“Prasasti ini menjadi simbol betapa panjang dan dalamnya relasi sejarah Thailand dan Indonesia,” ujar Duta Besar Thailand untuk Indonesia, Prapan Disyatat.

Para Pelestari Situs

Ia mengenakan setelan formal abu-abu gelap dengan pin kecil bendera dua negara di dada kiri.

Prapan tak lupa menyampaikan terima kasih kepada para pelestari situs. Termasuk penulis yang mendokumentasikan sejarah kunjungan Raja Siam ke Hindia Belanda.

Tak terkecuali,  masyarakat lokal yang menjaga area tersebut tetap lestari.

“Kami berhutang budi pada mereka,” katanya.

Sedangkan, Paviliun Thailand di Curug Dago bukan benda baru. Namun proyek restorasi kali ini—yang juga mencakup jalur pejalan kaki ramah lingkungan (petway). Dimana, menjadi momentum pembaruan makna.

Di balik proyek ini berdiri PTTEP Indonesia, anak perusahaan dari perusahaan energi nasional Thailand yang telah dua dekade ikut menjaga kawasan tersebut.

“Bagi kami, keberlanjutan tak hanya soal energi. Ia juga soal manusia, budaya, dan lingkungan,” ujar General Manager PTTEP Indonesia, Khun Grinchai.

Dengan nada tenang, ia menjelaskan bahwa dukungan perusahaannya mencakup pembangunan ulang paviliun. Perbaikan jalur akses, dan pengembangan ruang publik bagi wisatawan lokal dan mancanegara.

Sementara Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman menyebut restorasi Curug Dago sebagai langkah konkret diplomasi budaya.

“Monumen ini bukan sekadar bangunan. Melainkan warisan bersama yang punya daya tarik sejarah dan potensi wisata berkelanjutan,” katanya.

Sosok Lokal

Farhan menambahkan bahwa kolaborasi ini menjadi teladan dalam menjaga ruang publik yang edukatif dan bersejarah.

Ia juga memperkenalkan dua sosok lokal yang berjasa dalam pelestarian kawasan: Mang Kuncung, tokoh pejuang kebersihan, dan Pak Omas.

Dimana, tokoh-tokoh ini disebut sebagai “Indiana Jones dari Curug Dago” karena konsistensinya menelusuri dan merawat situs-situs bersejarah.

Dalam catatan Dinas Kehutanan Jawa Barat, renovasi Curug Dago yang dimulai sejak 2024 telah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan hingga 35 persen.

Namun lebih dari itu, kawasan ini mulai dilirik sebagai ruang kontemplasi sejarah, bukan semata tempat rekreasi.

“Semoga persahabatan ini tak berhenti di prasasti batu,” kata Herman.

Penegasan Herman tersebut sekaligus  menutup acara dengan satu harapan agar generasi mendatang dapat terus merawat warisan ini. Bukan sekadar melihatnya dari balik pagar. ***

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya