Hunian Hotel di Cirebon Merosot, Sinyal Lesunya Daya Tarik Wisata?
KLIKNUSAE.com — Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon menyampaikan angka kemerosotan tingkat hunian hotel pada Mei 2025.
Data BPS mencatat, okupansi hotel bintang dan nonbintang hanya menyentuh 42,21 persen.
Angka itu menyusut 2,06 poin dibanding periode yang sama tahun lalu, dan turun 3,39 poin dari bulan sebelumnya.
“Kondisi ini menunjukkan adanya pelemahan minat kunjungan ke Cirebon, bisa karena faktor cuaca, pola perjalanan, atau belum maksimalnya promosi wisata,” kata Kepala BPS Kota Cirebon, Aris Budiyanto, Jumat, 4 Juli 2025.
Sementara itu hotel berbintang yang kerap menjadi barometer utama pergerakan wisatawan, tak luput dari tren surut.
TPK segmen ini tercatat 50,96 persen—melemah 2,17 poin dibanding Mei tahun lalu, dan 2,66 poin dari bulan sebelumnya.
Sementara hotel nonbintang merosot lebih tajam, hanya 22,73 persen, anjlok 4,70 poin dibanding April, dan 2,24 poin secara tahunan.
Menurut Aris, angka-angka tersebut mencerminkan tantangan nyata bagi sektor perhotelan di tengah harapan pemulihan pascapandemi.
Hotel nonbintang menjadi kelompok paling terpukul.
“Bisa jadi karena tamu dari segmen menengah ke bawah mulai beralih ke homestay atau aplikasi penyewaan kamar,” ujarnya.
Lama Menginap
Di tengah angka merah itu, terdapat sedikit kabar baik dari indikator Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT).
Untuk hotel berbintang, RLMT naik tipis menjadi 1,36 hari. Bertambah 0,03 poin dibanding Mei 2024.
Namun peningkatan ini belum cukup untuk mengimbangi turunnya volume pengunjung.
Hotel nonbintang justru menunjukkan kecenderungan tamu singgah kilat, dengan RLMT merosot ke 1,04 hari.
Namun catatan okupansi hotel Mei ini tampaknya tak selamanya membawa kabar buruk, karena memasuki Juni dan Juli terlihat geliat kenaikan okupansi.
Dalam Rapat Koordinasi Wilayah III (Korwil) PHRI Jawa Barat, Imam Reza Hakiki selaku Ketua PHRI Cirebon mengakui memang ada beberapa libur akhir pekan (weekend) di bulan Mei yang mengalmi penurunan.
“Namun saat memasuki libur sekolah seperti sekarang, sudah mulai ada kenaikan lagi. Harapan kami tren ini, akan terus membaik di bulan-bulan mendatang,” kata Hakiki.
Masih kata Aris, Kota Cirebon sebagai simpul budaya Jawa-Sunda dan destinasi wisata religi serta kuliner, tampaknya belum sepenuhnya mampu menjaga arus kunjungan secara stabil.
Di balik angka statistik ini tersimpan sinyal “genting” bagi pelaku industri pariwisata lokal. termasuk, pelaku UMKM hingga sektor transportasi informal yang menggantungkan harapan pada denyut wisatawan.
Aris menekankan perlunya respons cepat dan kolaboratif.
“Tanpa langkah konkret, tren ini bisa terus menurun. Dan dampaknya bisa menjalar ke berbagai sektor penopang ekonomi daerah,” katanya. ***