Bandung Memantapkan Diri sebagai Kota Angklung, Menjaga Warisan Budaya UNESCO

KLIKNUSAE.com – Bandung kembali mengukuhkan jati dirinya sebagai kota budaya lewat gelaran Bandung Kota Angklung Festival 2025.

Digelar di Balai Kota Bandung, Sabtu, 24 Mei 2025, festival ini tak semata pertunjukan seni, melainkan pernyataan sikap. Yakni, bagaimana  menjaga angklung sebagai warisan budaya takbenda dunia yang telah diakui oleh UNESCO.

“Bandung Kota Angklung Festival kini resmi masuk dalam Calendar of Events (COE) Kota Bandung 2025,” ujar Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, di hadapan tamu undangan dan pelaku budaya.

Tahun ini menandai tiga tahun sejak Bandung mendeklarasikan diri sebagai Kota Angklung, tepatnya pada 21 Mei 2022.

Menurut Farhan, festival ini menjadi bagian dari ikhtiar kolektif untuk merawat identitas kultural Kota Bandung sebagai kota kreatif.

Pemerintah, kata dia, berkomitmen menjaga eksistensi angklung bukan hanya lewat festival, tapi juga melalui pendidikan sejak usia dini.

Program ekstrakurikuler angklung di sekolah-sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, menjadi garda depan pelestarian.

“Saya apresiasi sekolah-sekolah yang telah membuka kegiatan ekstrakurikuler angklung. Itu cara terbaik menanamkan cinta budaya sejak dini,” ucapnya.

Farhan tak lupa menyampaikan penghargaan kepada Saung Angklung Udjo, yang selama ini menjadi pusat pengembangan angklung di tingkat dunia.

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan ketika memberikan sambutan di gelaran Bandung Kota Angklung Festival 2025, Sabtu 24 Mei 2025. (Foto: Dok.Humas Kota Bandung)

BACA JUGA: Saung Angklung Udjo Raih Special Accolade: Icon of Indonesian Ethnic Music dari Marketeers

Lebih Banyak Pertunjukan

Ia berharap Bandung Kota Angklung Festival menjadi pemantik lahirnya lebih banyak pertunjukan angklung, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di panggung global.

Harapan lainnya yaitu ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan, serta tumbuhnya minat generasi muda terhadap seni tradisi ini.

“Angklung adalah suara ketangguhan budaya kita,” kata Farhan.

“Mari jadikan angklung sebagai media kreasi tanpa batas,” sambungnya.

Sementara itu, di tempat yang sama, Ketua Panitia Festival, Dadang, menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah.

Ia menyebut semangat Bandung sebagai Kota Angklung berawal dari obrolan ringan para budayawan di masa pandemi.

“Kini semangat itu tumbuh menjadi identitas kota,” ujarnya.

Para undangan ibu berkesempatan memainkan alat musik angklung di Balai Kota Bandung, Sabtu 24 Mei 2025. (Foto: Dok.Humas Pemkot Bandung)

Angklung dan Bandung bukan kisah baru. Pada 1955, maestro Daeng Sutisna membawakan pertunjukan angklung dalam perhelatan Konferensi Asia Afrika.

Ia  memperkenalkan musik bambu ini ke mata dunia. Sejak saat itu, angklung terus tumbuh bersama denyut budaya kota.

Sedangkan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Arief Syaifudin, menegaskan bahwa pelestarian seni tradisi adalah bagian dari cita-cita bersama.

“Angklung bukan hanya alat musik. Ia simbol persatuan dan identitas budaya,” kata Arief.

Acara puncak festival disambut meriah. Ribuan peserta dari berbagai kalangan hadir.

Mereka datang bukan hanya untuk menonton, tapi menjadi bagian dari gerakan budaya.

Bandung, setidaknya untuk hari itu, tak hanya menjadi kota kreatif. Ia menjadi kota yang menyuarakan harmoni bambu—lantang dan penuh harap. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya