Solusi Bijak Kegiatan Study Tour Tanpa Membebani Orangtua

AKHIR-akhir ini, wacana pelarangan kegiatan study tour di sekolah-sekolah oleh pemerintah daerah, seperti yang diutarakan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, menuai pro dan kontra.

Alasannya memang masuk akal. Study tour dianggap membebani keuangan orangtua murid.

Namun, pelarangan secara langsung tanpa menawarkan solusi alternatif justru bisa menghilangkan nilai positif dari kegiatan tersebut. Seperti pembelajaran di luar kelas, pengalaman sosial, dan pengembangan karakter.

Sebenarnya ada banyak cara agar study tour tetap bisa berjalan tanpa memberatkan orangtua.

Salah satu solusi yang layak diterapkan adalah sistem subsidi berbasis tabungan wajib sejak dini.

Pihak sekolah dapat mewajibkan siswa yang masuk kelas 1 untuk menabung sejumlah uang tertentu. Misalnya Rp2.000 hingga Rp5.000 per hari.

Hal ini bisa dilakukan  secara rutin hingga mereka mencapai kelas 3. Tabungan ini akan dikelola secara transparan.

Kemudian, digunakan khusus untuk biaya study tour saat mereka berada di tahun akhir tersebut.

BACA JUGA: Membaca “Pikiran” KDM Dalam Mengembangkan Sektor Pariwisata Jabar

Mandiri dan Adil

Dengan cara ini, orangtua tidak lagi perlu mengeluarkan dana besar secara mendadak, dan siswa pun belajar tentang pentingnya menabung serta mengelola keuangan sejak dini.

Sistem ini juga bisa berjalan berkelanjutan. Dimana,  setiap angkatan baru mengisi tabungan untuk perjalanan mereka sendiri. Membentuk siklus yang mandiri dan adil.

Pelarangan total terhadap study tour sebaiknya tidak dilakukan secara tergesa-gesa. Sebaliknya, perlu pendekatan yang lebih kreatif dan solutif.

Harapannya, agar pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam ruang kelas, tetapi juga memperkaya wawasan siswa lewat pengalaman nyata di luar sekolah.

Dengan kolaborasi antara sekolah, orangtua, dan pemerintah daerah, kegiatan ini bisa tetap berjalan tanpa menjadi beban ekonomi.

Sekali lagi, disadari atau tidak, study tour memiliki banyak manfaat langsung bagi pengembangan anak didik.

Lewat kegiatan ini, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoretis, namun juga mengalami pembelajaran kontekstual yang nyata.

Mereka belajar berinteraksi dengan lingkungan baru, mengasah kemampuan bersosialisasi, meningkatkan rasa percaya diri, dan memperluas wawasan tentang dunia di luar sekolah.

Selain itu, kegiatan study tour mendorong kemandirian, kerja sama tim, dan keterampilan problem solving.

Semuanya itu sangat penting untuk membentuk karakter anak yang tangguh dan adaptif. ***

Oleh: Adhi M Sasono, Editor in Chief

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya