Revolusi Sampah di Kawasan Wisata Pulau Kelapa, Mampu Tekan Volume Sampah Hingga 80 Persen
KLIKNUSAE.com – Di sudut utara Jakarta, Pulau Kelapa—salah satu gugusan di Kabupaten Kepulauan Seribu—menorehkan capaian membanggakan.
Lewat program Bank Sampah, pulau kecil ini berhasil menekan volume sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS) hingga 80 persen.
Zainal, petugas pendamping dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Seribu memberikan story keberhasilan mengelola sampah di kawasan wisata tersebut.
Ia menyebut keberhasilan itu tak lepas dari meningkatnya kesadaran warga dalam memilah sampah.
Prosesnya tak instan. Sejak 2018, warga mendapat pendampingan intensif untuk membedakan antara sampah organik, anorganik, hingga limbah B3.
“Kini warga sudah mulai memilah sampah langsung dari rumah,” ujar Zainal, Kamis, 24 April 2025.
“Kesadaran itu tumbuh, dan konsistensi mereka dalam setahun terakhir patut diapresiasi,” sambungnya.
Sementara itu, data terakhir mencatat, ada 108 rumah tangga yang aktif memilah sampah. Pemerintah setempat pun tak berjalan sendiri.
Kolaborasi dengan mitra strategis seperti Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI) memperkuat program ini.
Bantuan berupa troli, gerobak, sepatu bot, hingga edukasi dan program padat karya ikut mempercepat perubahan perilaku.
BACA JUGA: Kemenparekraf Buka Peluang Diskusi dengan Pelaku Ekraf Kepulauan Seribu
Pariwisata Ikut Terangkat
Sebelum program ini bergulir, hampir semua sampah rumah tangga langsung dibuang ke TPS.
Sebagian bahkan mengapung ke laut, dibawa arus hingga mencemari pantai pulau.
Kini, dari 200–300 kilogram sampah harian, sebagian besar telah dipilah.
Plastik, kertas, kardus dan jenis sampah lain dijual ke pengepul atau diolah menjadi kerajinan tangan bernilai ekonomis. Artinya, sekali dayung, kebersihan dan pariwisata pun ikut terangkat.
Sedangkan, sampah residu yang tak bisa diolah seperti puntung rokok dan pembalut, dikumpulkan ke TPS dan diangkut ke TPA Bantar Gebang setiap akhir pekan.
“Tak semua sampah harus keluar pulau sekarang,” ucap Zainal.
“Sebagian besar diproses di sini, pengurangannya sudah mencapai 80 persen.”
Pada bagian lain, lurah Pulau Kelapa, Muslim, menambahkan wilayahnya kini menjadi salah satu contoh terbaik dalam pengelolaan bank sampah. Baik, di tingkat kabupaten maupun provinsi.
Capaian itu sempat mendapat pengakuan resmi dari Pemerintah Provinsi Jakarta semasa kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan.
“Indikator penilaiannya meliputi kelengkapan administrasi, fasilitas yang memadai, serta sistem simpan pinjam bagi nasabah bank sampah,” ujar Muslim.
Meski tidak besar, hasil penjualan sampah menjadi tambahan penghasilan warga. Terutama menjelang Idul Fitri.
Semua dijalankan secara mandiri, tanpa anggaran khusus dari pemerintah.
“Saya sangat mengapresiasi inisiatif warga dan dukungan dari para mitra,” kata Muslim.
Pulau kecil ini memberi pelajaran besar. Dimana, perubahan tak selalu datang dari pusat kota. Tapi bisa dimulai dari pinggiran yang tahu cara mengelola sampahnya sendiri. ***