Abah Landoeng Tanya, Benarkah Pegiat Lingkungan Eka Santosa Terlibat di Perumahan Harmony Hills
KLIKNUSAE.com – Kabar itu berembus kencang di kalangan pegiat lingkungan Bandung dan Jawa Barat.
Sosok Abah Landoeng, 99 tahun, yang dihormati sebagai sesepuh gerakan penyelamatan lingkungan di Tanah Pasundan, merasa perlu turun langsung mengecek kebenarannya.
Pada Sabtu siang, 26 April 2025, Abah Landoeng mendadak muncul di kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa, Sekebalingbing, Pasir Impun Atas, Kabupaten Bandung.
Ia datang membawa pertanyaan yang cukup menggelitik. Benarkah Eka Santosa, pendiri Alam Santosa, terlibat dalam pembangunan perumahan Harmony Hills di kawasan Cimenyan?
Lewat perbincangan santai dalam yang dipandu Harri Safiari, Abah melontarkan pertanyaan tanpa tedeng aling-aling kepada Eka.
Mantan, Ketua DPRD Jawa Barat (1999-2004) dan Anggota Komisi II DPR RI (2004-2009), yang kini aktif sebagai Ketua Forum Penyelamat Hutan Jawa (FPHJ).
“Banyak selentingan, katanya hutan buatan di Alam Santosa sudah berubah jadi perumahan. Abah ingin lihat sendiri,” kata Abah Landoeng, membuka pembicaraan.
Eka Santosa tak menunggu lama untuk menjawab. Dengan nada berat, ia membantah tegas segala tudingan tersebut.
“Astagfirullahaladzim. Terima kasih Bah, ada yang menyangka begitu. Nyatanya, saya tidak mengubah hutan buatan ini menjadi perumahan,” ujar Eka.
“Abah pun tadi sudah lihat sendiri. Perumahan itu memang muncul sejak 2023, berdiri tepat di perbatasan Alam Santosa. Bukan saya yang membangun. Itu proyek orang lain,” sambungnya.
BACA JUGA: Gelar Lalaki Langit Lalanang Jagat; Buat Ridwan Kamil
Berada di Lahan Miring
Yang dimaksud Eka adalah proyek Harmony Hills, perumahan baru di lereng kawasan Bandung Utara.
Eka juga mempertanyakan mengapa pembangunan itu bisa mendapatkan izin. Terlebih, mengingat kawasan tersebut berada di lahan miring. Dan termasuk kawasan resapan air yang ketat pengaturannya.
Sebelumnya, dalam rapat gabungan di DPRD Jawa Barat pada 15 April 2025, Eka bahkan mengkritik keras perubahan tata guna lahan itu.
Ia menyoroti risiko lingkungan, terutama ketersediaan air dan kerusakan kontur tanah.
“Bagaimana bisa seluruh permukaan tanah dibeton semua?
Eka menuding persoalan perizinan di kawasan itu tak lebih dari permainan “warna spidol”.
Menurutnya, kawasan yang semestinya terlindungi bisa berubah status hanya karena keputusan administratif yang tidak transparan.
“Katanya sih masih zona kuning. Tapi ujung-ujungnya, semua tergantung warna spidol,” sindir Eka, pegiat lingkungan ini.
Sebagai gantinya, Eka justru tengah mengembangkan rencana membangun camping ground bertema Asia-Afrika di Alam Santosa.
Tujuannya, untuk memperingati semangat Konferensi Asia-Afrika 1955. Sebuah langkah yang, menurutnya, jauh lebih sejalan dengan misi pelestarian lingkungan.
Setelah menyusuri perbatasan kawasan, Abah Landoeng pun mengangguk puas.
“Tadi Abah lihat sendiri. Kang Eka tak secuil pun terlibat pembangunan perumahan itu. Yakin, bukan Kang Eka,” tutup Abah Landoeng. ***