Okupansi Hotel di Jawa Barat Masih akan Suram di Kuartal I 2025, Ini Penyebabnya

KLIKNUSAE.com – Okupansi hotel di Jawa Barat pada Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 jauh dari yang diharapkan.

Padahal biasanya dua libur itu menjadi momen emas bagi industri perhotelan. Namun, tidak demikian halnya di Jawa Barat pada penghujung 2024 hingga awal 2025.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Dodi Ahmad Sofiandi, menyampaikan kabar suram: tingkat okupansi hotel anjlok dibandingkan tahun sebelumnya.

“Rata-rata tingkat keterisian kamar hotel berbintang hanya menyentuh 45 persen, sementara hotel non-bintang lebih rendah lagi, hanya 30 persen,” ujar Dodi, Jumat, 10 Januari 2025.

Bandingkan dengan tahun lalu, ketika angka okupansi lebih menggembirakan, terutama di destinasi wisata utama Jawa Barat.

Penurunan ini, kata Dodi, dipicu oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah perubahan pola perjalanan masyarakat.

“Daya beli masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah, terpukul oleh deflasi,” jelasnya.

Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga kuartal pertama 2025, dengan tingkat hunian kamar diprediksi terpuruk di angka 30 persen.

BACA JUGA: Menyambut 12 Tahun éL Hotel Bandung Gelar Refleksi, Aksi Sosial, dan Semangat Kebersamaan

Penjadwalan Hari Kerja

Dodi menyebut, libur Natal dan Tahun Baru kali ini juga terpotong oleh penjadwalan hari kerja yang kurang menguntungkan.

Situasi diperburuk oleh ketidakpastian terkait kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen, yang diumumkan menjelang libur panjang.

“Belum lagi dampak dari tutupnya sejumlah pabrik, yang berujung pada maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK),” tambahnya.

Kompetisi tak sehat dari akomodasi nonformal seperti homestay, rumah kost, dan apartemen sewaan murah juga jadi duri bagi industri hotel.

“Mereka beroperasi tanpa izin, tanpa pajak, tapi menarik tamu yang seharusnya memilih hotel,” keluh Dodi.

Ia pesimistis industri perhotelan dapat pulih dalam waktu dekat. Kurangnya inisiatif dari pemerintah daerah untuk mempromosikan pariwisata menjadi sorotan.

“Anggaran pemerintah daerah untuk kegiatan luar dipotong. Dari laporan teman-teman di dinas, misalnya, ada pengurangan dari Rp3 miliar menjadi hanya Rp700 juta,” ungkapnya.

Padahal, industri hotel Jawa Barat selama ini mengandalkan sektor MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang sebagian besar didukung pemerintah.

Dengan berbagai tantangan ini, harapan kebangkitan industri hotel tampaknya masih jauh dari pandangan. Dengan demikian okupansi hotel di Jawa Barat bisa kembali meningkat.

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya