Nah Lho, Perusahaan Kompak Pilih Pecat Karyawan Gen Z di Tahun 2024, Apa Masalahnya?

KLIKNUSAE.com – Memasuki tahun 2024, fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja muda atau karyawan Gen Z (Generasi Z) menjadi sorotan.

Generasi yang lahir antara 1997 hingga awal 2010 ini dianggap belum sepenuhnya mampu beradaptasi dengan ekspektasi dunia kerja modern.

Berdasarkan laporan platform konsultasi pendidikan dan karier Intelligent, satu dari enam pemberi kerja enggan merekrut karyawan dari kalangan Gen Z.

Stigma bahwa mereka mudah tersinggung dan kurang tangguh menjadi salah satu alasannya.

Survei terhadap hampir seribu profesional sumber daya manusia (HR) menunjukkan bahwa enam dari sepuluh perusahaan bahkan memutuskan hubungan kerja dengan lulusan baru yang direkrut tahun ini.

Alasan PHK Massal: Motivasi hingga Profesionalisme

Di mata para manajer, tantangan terbesar Gen Z terletak pada kurangnya motivasi, profesionalisme, dan keterampilan komunikasi.

“Banyak lulusan baru merasa kesulitan saat pertama kali memasuki dunia kerja. Mereka sering tidak siap menghadapi lingkungan yang lebih dinamis dan kurang terstruktur dibandingkan masa kuliah,” ujar Huy Nguyen, penasihat pendidikan dan pengembangan karier di Intelligent.

Ia juga menambahkan bahwa meskipun memiliki bekal teori dari perguruan tinggi, generasi ini sering kali minim pengalaman dunia nyata.

Termasuk, keterampilan lunak (soft skills) yang diperlukan di tempat kerja.

Tak jarang, mereka dianggap kesulitan mengelola beban kerja, sering terlambat. Atau menunjukkan perilaku yang kurang profesional, seperti cara berpakaian atau berbicara yang dianggap tidak sesuai.

BACA JUGA: Perilaku Generasi Z, Katanya Kreatif, Lamar Kerjaan Minta Bantuan Orangtua

Ketergantungan pada Orang Tua

Sementara itu, laporan lain pada April 2024 mengungkap fenomena menarik: banyak pekerja Gen Z masih bergantung pada orang tua dalam mencari kerja.

Survei ResumeTemplates mencatat bahwa 70 persen pencari kerja muda meminta bantuan orang tua dalam proses ini. Bahkan, 25 persen di antaranya membawa orang tua ke wawancara kerja.

Poin Kritis yang Dicari Perusahaan

Bagi perusahaan, kandidat ideal adalah mereka yang memiliki inisiatif, sikap positif, dan pengalaman kerja nyata, baik melalui magang maupun pekerjaan sebelumnya.

Kehadiran media sosial yang profesional dan menghindari diskusi politik juga menjadi nilai tambah.

“Profesionalisme bukan berarti harus mengikuti norma lama, tetapi menunjukkan rasa hormat dan komitmen terhadap pekerjaan,” tegas Nguyen.

Statistik Kendala Gen Z di Dunia Kerja

Hasil survei Intelligent merinci alasan utama Gen Z sulit bertahan di dunia kerja:

Kurangnya motivasi atau inisiatif (50%)

– Kurangnya profesionalisme (46%)

– Keterampilan organisasi yang buruk (42%)

– Keterampilan komunikasi yang buruk (39%)

– Tantangan dalam menerima umpan balik (38%)

– Kurangnya pengalaman kerja yang relevan (38%)

– Keterampilan pemecahan masalah yang buruk (34%)

– Keterampilan teknis yang tidak memadai (31%)

– Ketidakcocokan dengan budaya perusahaan (31%)

– Kesulitan bekerja dalam tim (30%)

Fenomena ini seolah menjadi sinyal bagi para lulusan baru untuk mengevaluasi diri.

Dunia kerja menuntut lebih dari sekadar ijazah; ia meminta pengalaman nyata, etika kerja, dan keterampilan interpersonal yang kuat.

Generasi Z, kini, dihadapkan pada tantangan untuk membuktikan bahwa mereka lebih dari sekadar label generasi yang “manja.” ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya