Fodor’s Sarankan Turis Hindari Kunjungan ke Bali Tahun 2025, Ini Alasannya
KLIKNUSAE.com – Pulau Dewata kembali menjadi sorotan dunia internasional. Kali ini, Fodor’s, penerbit panduan perjalanan asal Amerika Serikat, memasukkan Bali dalam daftar destinasi wisata yang sebaiknya dihindari pada 2025.
Alasan utamanya karena dampak buruk pariwisata massal atau overtourism.
Menurut Fodor’s, pembangunan yang masif dan tidak terkendali telah merusak habitat alami Bali. Mencemari lingkungannya, dan menciptakan masalah yang mereka sebut sebagai “kiamat plastik”.
Semua itu karena dipicu oleh jumlah wisatawan yang membludak,
Seperti diketahui, overtourism terjadi ketika jumlah wisatawan melampaui daya dukung suatu destinasi.
BACA JUGA: Jepang di Bawah Bayang-Bayang Ancaman Overtourism, Tiga Kota Ini Jadi Sorotan
Situasi ini tak hanya menggerus keindahan alam dan budaya lokal. Tetapi juga memberi tekanan berat pada infrastruktur dan masyarakat setempat.
Sampah dan Hubungan yang Retak
Sementara itu, Bali Partnership, sebuah koalisi akademisi dan LSM, mencatat bahwa Bali memproduksi 1,6 juta ton sampah per tahun.
Termasuk 303 ribu ton sampah plastik. Ironisnya, hanya 48 persen sampah yang dikelola dengan baik. Sedangkan, angka daur ulang plastiknya tak lebih dari tujuh persen. Sisanya? Mencemari pantai-pantai ikonik seperti Kuta dan Seminyak.
Masalah ini diperparah dengan ketegangan sosial antara wisatawan dan masyarakat lokal. Tak sedikit wisatawan yang dinilai kurang menghormati adat istiadat dan budaya Bali, memicu keluhan dari penduduk setempat.
BACA JUGA: Apa itu Overtourism
“Tanpa perubahan nyata, Bali berisiko kehilangan lebih dari sekadar pemandangan indah. Pulau ini bisa kehilangan identitas budaya yang menjadi rohnya,” ujar Kristin Winkaffe, pakar pariwisata berkelanjutan di Asia Tenggara.
Bukan Boikot, Tapi Kesadaran
Fodor’s menjelaskan bahwa daftar ini tidak dimaksudkan untuk memboikot destinasi tertentu. Sebaliknya, tujuan utamanya adalah meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya pariwisata berkelanjutan.
Selain Bali, beberapa destinasi lain juga masuk daftar tersebut, seperti Barcelona, Mallorca, dan Kepulauan Canary, yang semuanya menghadapi tekanan serupa.
BACA JUGA: Bali Beach Hotel Raih Penghargaan Luxury Heritage Hotel 2024 di Ajang World Luxury Hotel Awards
Meski kembali masuk daftar “perennial no list” seperti pada 2020, Bali tetap memiliki peluang untuk bangkit.
Namun, keberlanjutan dan penghormatan terhadap budaya lokal harus menjadi prioritas utama jika Pulau Dewata ingin tetap menjadi primadona pariwisata dunia.
Bagaimana menurut Anda, apakah langkah ini bisa menjadi momentum untuk perubahan di Bali? ***