Kampoeng Djadhoel Terpilih Masuk Program Beti Dewi 2024, Ini Kata Sandiaga

KLIKNUSAE.com – Kampoeng Djadhoel, di Jalan Batik, Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah terpilih  dalam program Beli Kreatif Desa Wisata (Beti Dewi) 2024.

Terpilihnya Kampoeng Djadhoel ini karena  banyak memiliki keunggulan dan pernah menjadi champion di ADWI.

“Kampoemg Djadoel ini keren banget. Dan saya pilih ini karena saya yakin disini akan menjadi sentra lokasi, sehingga program Beti Dewi ini bisa lebih banyak menyentuh para penggiat Desa Wisata,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Kamis 12 September 2024, saat ditemui di Kampoeng Djadhoel.

BACA JUGA: Desa Wisata Edukasi Cisaat Terpilih Sebagai Desa Wisata Terbaik ADWI 2024

Selain penggiat desa wisata, lanjut Sandiaga, nantinya beberapa buyer juga akan diundang untuk mengunjungi desa tersebut.

“Mudah-mudahan ini bisa meningkatkan animo wisatawan untuk datang,” tambah Sandiaga.

Sebagaimana diketahui, desa wisata ini kini menjelma menjadi destinasi wisata budaya yang memikat.

BACA JUGA: Kemenparekraf Abadikan 50 Desa Wisata Terbaik ADWI Dalam Buku

Di sepanjang lorong jalan, lukisan dengan motif khas Jawa menghiasi dinding-dinding kampung.

Sedangkan  di bagian tengahnya berdiri gazebo, gerobak angkringan, dan toko batik UMKM. Rumah-rumah warga yang berwarna-warni semakin memperkuat nuansa artistik tempat ini.

Sementara itu, Ign Luwiyanto salah satu pengelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampoeng Djadhoel, mengisahkan bagaimana dulunya kampung ini dikenal sebagai daerah kumuh yang sarat dengan stigma negatif.

BACA JUGA: Desa Wisata Keciput Belitung Masuk 50 Besar Desa Wisata Terbaik, Ini Pesan Sandiaga Uno

Kampung Batik

Namun, berkat gotong-royong dan kesadaran warga, citra kumuh itu berubah total. Kampung batik yang dulu terlupakan kini menjadi rujukan bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

“Konsep kampung ini jadul, tetapi penuh nilai. Dulu tempat ini sering diidentikkan dengan kriminalitas. Kami berupaya mengubah itu, agar warga bisa merasa bangga dan nyaman tinggal di kampungnya sendiri,” ujar Luwiyanto, belum lama ini.

Nama “Djadhoel” sendiri, lanjut Luwiyanto, merupakan akronim dari kata “Belandja” dan “Dholan” dalam bahasa Jawa, yang berarti berbelanja dan bermain.

BACA JUGA: Desa Wisata Krebet Didorong Mendunia Lewat Ekonomi Kreatif

Tak heran, di Kampoeng Djadhoel pengunjung bisa menikmati berbagai aktivitas, mulai dari workshop membatik, berfoto ria, hingga belajar sejarah.

“Di sini, pengunjung bisa belajar membatik dari usia anak-anak hingga dewasa. Kegiatan ini tak terbatas pada usia atau latar belakang,” tambahnya.

Tak hanya diminati masyarakat lokal, Kampoeng Djadhoel juga kerap dikunjungi komunitas, mahasiswa, hingga turis mancanegara yang tertarik mempelajari batik.

BACA JUGA: Kuliner Jadul Ini Muncul di Hari Jadi DKI Jakarta, Apa Saja?

Tempat ini juga sering menjadi rujukan bagi institusi pendidikan dan pemerintahan yang melakukan studi banding terkait pelestarian batik.

“Beberapa sekolah dari luar Jawa pernah datang ke sini, bahkan beberapa dinas pemerintah juga studi banding. Kami juga telah menyiapkan kurikulum khusus membatik bagi pengunjung yang ingin belajar lebih dalam,” jelas Luwiyanto.

BACA JUGA: Libur Akhir Pekan di Jakarta, Ini 8 Tempat Nongkrong Asyik Lho

Sebagai salah satu kampung penghasil batik di Semarang, Kampoeng Djadhoel telah melahirkan batik-batik dengan motif khas Semarang.

Seperti warak ngendhog dan Lawang Sewu. Produk batik ini, selain menjadi ikon budaya, juga berperan dalam menggerakkan roda perekonomian warga setempat.

“Kami berharap, ke depannya Kampoeng Djadhoel bisa semakin dikenal, bukan hanya di kalangan masyarakat lokal, tapi juga hingga ke mancanegara,” pungkasnya. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya