Keistimewaan Terumbu Karang Wakatobi, Bagai Kepingan ‘Surga’ di Laut
KLIKNUSAE.com – Keistimewaan terumbu karang Wakatobi di Sulawesi Tenggara (Sultra) sejak lama memang telah diakui dunia.
Bagaimana tidak, Wakatobi yang merupakan sebuah kecamatan sekaligus kabupaten ini di Sultra memiliki keunikan dan keindahan alam yang menarik dilihat dari segala sisi.
Buat kalian ketahui, Wakatobi adalah akronim nama dari empat pulau di tenggara Sulawesi yaitu, Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko.
Caribbean Van Celebes adalah nama julukan yang disematkan ke Kepulauan di timur Indonesia tersebut.
Seperti “surga kecil” yang dicampakan dari langit, dimana keindahan alam dan suasana khasnya pasti akan memikat siapapun yang berkunjung kesana.
BACA JUGA: Penumpang di Bandara Haluoleo Naik Tajam, Ini Pemicunya
UAS Ikut Terpesona Terumbu Karang Wakatobi
Termasuk ustad kondang Ustadz Abdul Somad atau juga dikenal dengan sebutan UAS. Ia menyatakan jatuh cinta dengan keindahan Wakatobi. Terutama terumbu karangnya.
“Katanya kalau sudah berenang di Wakatobi. Berarti sudah pernah melihat sepertiga dari jenis terumbu karang di seluruh dunia. Benar saja, terumbau karang Wakatobi begitu indah dan cantik. Pada saat saya berenang tadi saya dibawa ke taman tersembunyi,” ungkap UAS, belum lama ini, usai berkunjung ke Wakatobi.
Mari kita liat, apa yang disampaikan UAS.
Begitu kita melintas di udara Wakatobi, keindahan itu sudah Nampak.Dari atas kita akan disuguhi oleh indahnya pemandangan alam dan pesisir pantainya.
Begitu pun, ketika kita menyelam ke bawah lautnya, akan lebih terkesima lagi dengan keragaman biota lautnya.
Selama ini, Wakatobi memang termasuk ke dalam jalur segitiga karang dunia. Ada 6 negara yang masuk ke dalam “segitiga emas” ini.
Terbentang mulai Selatan dari Thailand, Malaysia, Philipina, Indonesia (Wakatobi, Bali, Kalimantan, Lombok dan Papua).
BACA JUGA: Persatuan Wartawan Dukung Deklarasi Kebangkitan Pariwisata Sultra
Kemudian ada , Timor Leste, Papua Nugini dan berakhir di Kepulauan Solomon di Samudera Pasifik. Sungguh, suatu kebanggaan bagi Indonesia.
Berdasarkan data yang dilansir Operational Wallacea, Wakatobi memiliki lebih dari 750 species karang (coral) dari 850 jenis coral di dunia.
Lebih banyak dan beragam dari keragaman coral yang dimiliki oleh Karibia.
Maka, tidaklah salah kalau kita sebut keindahan dunia bawah laut Wakatobi setimpal dengan kekayaan di permukaan dan daratannya.
Keistimewaan terumbu karang Wakatobi inilah yang mendorong Presiden Joko Widodo menjadikan Wakatobi sebagai satu dari sepuluh Kawasan Strategis pariwisata Nasional (KSPN) atau 10 Destinasi Wisata Unggulan Indonesia.
Dan berikut adalah ulasan yang dihasilkan dari pengamatan langsung serta perbincangan dengan stake holder dan masyarakat setempat.
BACA JUGA: Pantai Wakatobi Terkena Abrasi, Sejumlah Fasilitas Wisata Rusak
Pulau Wangi-wangi
Merupakan ibukota dari Kabupaten Wakatobi dan sekaligus kecamatan di Sulawesi Tenggara, Indonesia. Wangi-Wangi atau bisa disebut juga Wanci memiliki luas lebih kurang 23.359 km. Secara geografis terbagi dalam 14 desa dan 6 kelurahan.
Pulau pulau kecil yang mengelilingi pulau ini di antaranya adalah Kapota Kampenaua, Timu, Sumangga, dan Ottoue.
Di antara pulau pulau kecil itu hanya Kapota saja yang didiami oleh penduduk. Wangi-wangi juga dikelilingi Atol yang seolah membelit.
Menurut masyarakat disini, Atol inilah yang konon akan melindungi Wangi-wangi bila terjadi gempa tektonik bawah laut dan terjadi tsunami.
Bagi para wisatawan yang mengunjungi Wangi-wangi. Ada tempat menginap yang nyaman, Patuno Resort namanya. Penginapan ini letaknya tidak jauh dari Bandara Matahora, kurang lebih sekitar 2 Kilometer.
BACA JUGA: Suharso Pastikan Sasaran Major Project Destinasi Pariwisata Prioritas
Resort ini menawarkan hamparan pemandangan pantai yang menakjubkan, gaya arsitekturnya tradisional khas pemukiman daerah pesisir yang berbahan dasar kayu.
Resort inipun biayanya terhitung murah dan terjangkau. Bagi wisatawan yang tergila-gila dengan snorkeling dan diving, jangan lupa juga untuk singgah di Sombu Dive, dengan keberadaan patung besar Ikan Napoleon, lokasi ini sangat jelas terlihat oleh siapapun.
Lokasinya berada di Teluk yang menjorok ke darat, selain mendapatkan panorama tepi Pulau yang menakjubkan, pengunjung juga disajikan panorama laut berwarna hijau kebiru-biruan yang membentang di bawahnya.
Jika berkunjung di sore hari, pengunjung akan menyaksikan Sunset di ufuk barat. Berbagai spot yang wajib dikunjung di Wangi-wangi diantaranya adalah, Cemara Beach, Molii Sahatu Beach, Wungka Toliamba, Goa bawah air di Kontamale, Teekosapi dan Topa Mandati.
Wangi-wangi juga banyak dihuni oleh Suku Bajo, yang banyak beraktifitas di laut dan sangat bergantung dengan lautan.
BACA JUGA: KEK Tanjung Pulisan Disambangi Sandiaga Uno, Kampanyekan Desa Wisata
Pulau Kaledupa
Pulau ini terletak di selatan pulau Wangi-wangi di utara pulau Tomia dan di barat pulau Hoga. Kaledupa terdiri dari dua bagian yaitu, Kaledupa seluas 45,50 Km2 dan Kaledupa Selatan 58,50 Km2.
Dengan jumlah penduduk 17.113 jiwa. Ada beberapa lokasi wisata yang sangat direkomendasikan untuk dikunjungi diantaranya, Pulau Hoga, suatu pulau kecil dengan keragaman biota laut yang mempesona, berjarak sekitar 15 menit perjalanan laut dari Desa Ambeua.
Pengunjung dapat melakukan aktifitas snorkeling, diving atau hanya sekedar berjemur. Lalu ada juga Hutan Mangrove yang berlokasi di Desa Laulua, Desa Langge, Desa Sombano dan Desa-desa lainnya.
Habitat Mangrove sendiri dinilai sangat penting untuk ekosistem laut di sekitar Kaledupa. Selian itu ada juga, Goa alami di Desa darawa yang memukau siapapun hyang mengunjunginya, Benteng Ollo dan Masjid agung Bente dengan pesona wisata sejarahnya.
BACA JUGA: Kemenparekraf Dorong Sulsel Gali Potensi Kuliner, Disiapkan Stimulus
Pulau Tomia
Tomia terletak di selatan Kaledupa dan timur Hoga.Tomia juga terdiri dari dua bagian, yaitu Tomia dan Tomia Timur dengan total luas daerah 115.00 Km2, berpenduduk sekitar 15.789 jiwa.
Spot wisata yang patut dikunjungi diantaranya yaitu, Marimabuk. Sebuah lokasi selam yang terletak di Kelurahan Waha Tomia.
Kenapa tempat ini dinamakan Marimabuk? Karena dijamin di sini. Para penyelam pasti akan mabuk dengan keindahan karang dan keragaman biota laut di bawah lautnya.
Kemudian ada pula Goa bawah air Te’e Lahamba di Desa Patua dan Hendaopa di Desa Lagole. Goa bawah air ini juga dijadikan sumber air bersih oleh penduduk.
Wisata sejarah, ada Benteng Patua dengan arsitekturnya yang gagah berdiri.
Tomia dengan Pantai Hondue nya juga menawarkan hamparan pasir putih yang eksotis. Pun Pantai Lakota yang menyajikan jajanan atu kuliner khas daerah sangat memanjakan lidah wisatawan.
Pantai Tomia juga menawarkan keindahan dataran tingginya, biasa disebut Puncak Tomia dengan hamparan ilalang yang menakjubkan. Dan sejauh mata memandang adalah lautan yang berwarna biru yang begitu indah dengan sunsetnya.
Pulau Binongko
Binongko terletak di bagian paling selatan gugusan kepulauan Wakatobi, dengan luas total 156.00 Km2 dan jumlah penduduk sebanyak 13.463 jiwa.
Binongko terbentuk dari gugusan karang dan sejauh mata memandang kita akan disuguhi pemandangan koral yang unik, ada juga sejumlah pantai tersembunyi yaitu Palahidu, Yoro, Buku, Melangka dan We’e. Hutan Mangrove banyak tersebar di Desa Popalia, Taipabu dan Makoro.
Ada juga Benteng Palahidu, sebuah Benteng Pertahanan era colonial, dan dari sini pengunjung bisa melihat seluruh Kepulauan Wakatobi.
Yang paling menarik di Binongko adalah, Taman Batu, sebuah lapangan yang terbentuk dari batu koral hitam di atas laut yang berlokasi di Desa Walloindi.
BACA JUGA: Luhut Sebut Ada Duit Rp 400 Triliun Mau Dibagi-bagi, Untuk Siapa Saja?
Satu hal yang mesti diperhatikan adalah akses bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke Wakatobi. Perjalanan dari Jakarta – Wakatobi cukup menyita waktu dan sedikit melelahkan.
Hanya saja, bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Wakatobi harus menempuh jarak yang cukup melelahkan.
Hal ini karena belum ada penerbangan langsung dari Jakarta-Wakatobi. Perjalanan via udara dari Jakarta, harus dilalui dengan transit terlebih dahulu di Bandara Haluoleo Kendari.
Kemudian menyambung ke Bandara Matahora selama kurang lebih 45 menit. Selain itu, harga tiket yang relatif mahal dan hanya satu kali jadwal penerbangan setiap harinya juga menjadi kendala tersendiri.
Dari pantauan Kliknusae.com, Kamis 19 Mei 2022, jadwal penerbangan yang ada di platform Traverloka hanya untuk satu kali transit dilayani Maskapai Batik Air dengan harga tiket Rp. 3.072.100 /orang dengan waktu tempuh 4 jam 20 menit.
Cukup melelahkan memang. Namun yakinlah, kelelahan yang ada akan terbayar oleh pesona keindahan panorama Wakatobi.
Mau coba “surga” di Wakatobi? Atau ingin melihat lebih dekat keistimewaan terumbu karang Wakatobi?
****