PHRI NTT, Freddy: Ade Armando Terbalik Dalam Logika Karantina
NTT, KLIKNUSAE.com – Ketua PHRI NTT (Nusa Tenggara Timur) Freddy Ongko Saputra menilai pernyataan Ade Armando soal karantina sulit diterima logika.
Bahkan apa yang disampaikan dalam akun youtube-nya itu menjadi terbalik dan mengesankan ia tidak mengerti alur proses karantina.
“Karantina di masa pendemi seperti sekarang sudah menjadi kewajiban. Dan itu berlaku di semua negara. Siapa saja, harus mengikuti prosedur ini. Dan, mereka yang di karantina itu, bukan soal negatif dan positif ya,” kata Freddy kepada Kliknusae.com, Jumat 16 Juli 2021.
BACA JUGA: Dilema Pengusaha Hotel, Antara Relaksasi Pajak dan Sidak KPK
Menurut Freddy, karantina dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan seseorang itu membawa virus corona (silent carrier corona). Dunia menetapkan lima hari untuk mengetahui, apakah seorang clear atau carrier.
“Jadi dalam 5 hari itu akan bisa diketahui, tapi karena tidak ingin kecolongan, Indonesia menetapkan 8 hari supaya lebih meyakinkan,” jelas Freddy yang kini memasuki masa demisioner sebagai Ketua PHRI NTT.
Kenapa hal ini dilakukan, karena banyak kasus dari daerah asal hasil tes antigen atau PCR negatif, namun begitu tiba ke negara tujuan berubah menjadi positif.
“Gak usah jauh-jauh ya, dari jawa banyak pekerja yang datang ke Kupang ternyata positif. Padahal dari asalnya hasil tes menunjukan negatif,” katanya.
Ia mencontohkan, saudaranya yang baru pulang dari Amerika harus tetap mengikuti karantina di Mercure Hotel Kemayoran. Tidak ada keberatan, karena memang sudah menjadi kewajiban untuk patuh terhadap aturan.
“Di dalam hotel, tidak boleh kemana-mana. Makan bebas, mau apa saja bisa,” katanya.
BACA JUGA: PHRI NTT: Benahi SDM Dulu Baru Lengkapi Infrastruktur
Harga Kamar Hotel Masih Sangat Terjangkau
Soal harga kamar hotel untuk karantina, kata Freddy, juga masih sangat wajar. Tentu, mereka yang dari Amerika sangat terjangkau.
“Coba bandingkan dengan harga tiket pesawat dari Amerika, misalnya, kan sudah terlihat. Lalu, berat dimananya untuk karantina selama 8 hari dengan harga Rp 7 jutaan,” paparnya.
Saat ini tiket pesawat dari New York ke Indonesia berkisar Rp 11 juta atau dari Atlana Rp 22 jutaan.
“Jadi mereka-mereka yang baru pulang dari Amerika, London atau Eropa, tidak juga bisa dikatakan tidak mampu. Ini kan lebih ke masalah aturan. Nah, kalau ada yang menolak atau protes dikarantina, ini yang patut dicurigai. Jangan-jangan justru positif Covid-19, malah bisa membahayakan yang lain,” tambah Freddy—yang ini didapuk untuk bisa memimpin kembali PHRI NTT.
Kembali pada pernyataan Ade Armando, kata Freddy, Ade harus lebih banyak hidup bersosialisasi sehingga akan lebih memahami dan mengerti apa yang terjadi sesungguhnya.
“Kalau saya, sudah terbiasa dalam kehidupan bersosial. Coba lihat di Singapura. Siapa saja, tidak pandangbulu, begitu datang dari luar harus masuk hotel karantina. Tidak bisa pilih-pilih,” ujarnya. ***