Menyoal Pos Swab di Suramadu, Asprim: Ini Diskriminasi
KLIKNUSAE.Com – Tes swab antigen diberlakukan kepada seluruh pengendara yang melintasi jembatan Suramadu dari arah Madura ke Surabaya.
Pemberlakuan tersebut berlangsung sejak 6 Juni 2021. Asosiasi Pariwisata Madura atau Asprim menyikapi hal tersebut.
Ketua Umum Asprim, Achmad Vicky Faisal mengungkapkan bahwa pemberlakuan tes swab antigen di jembatan Suramadu ialah bentuk diskriminasi.
Karena hal tersebut akan membuat anggapan masyarakat bahwa seluruh wilayah Madura terjangkit virus dan harus melakukan tes swab.
Menurutnya, hanya tiga kecamatan di Kabupaten Bangkalan yang memberlakukan lockdown.
“Kebijakan ini menciptakan ketakutan yang luar biasa bagi warga Madura di manapun berada,” kata Achmad dilansir Kliknusae.com dari Tempo, Rabu, 16 Juni 2021.
Dirinya menjelaskan tentang dampak negatif yang ditimbulkan dari pemberlakuan swab test tersebut.
“Padahal rata-rata ada 30 sampai 50 bus masuk ke Madura setiap harinya,” katanya.
Lalu, dirinya melajutkan bahwa kondisi ini diperparah dengan adanya kampanye “Jangan ke Madura”
“Ini menjadi sebuah ketakutan yang meluas, sehingga tak satu pun wisatawan mau berkunjung ke Madura,” ucap dia.
Achmad jug menceritakan bahwa di lapangan, tampak terjadi diskriminasi.
Pengendara yang memiliki KTP dan plat nomor Madura jadi target tes swab.
Pihaknya memberikan saran kepada pemerintah untuk memindahkan pos tes swab.
“Pindahkan blokade di Suramadu ke zona merah sesuai kaidah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM, yaitu lockdown mikro,” kata Achmad.
Ia juga menyarankan pemerintah supaya menggaanti tes swab tersebut dengan GeNose agar lebih mudah, mudah dan tidak menakutkan.
“Kami juga mendesak Pemerintah Provinsi Jawa Timur berhati-hati dalam mengambil Langkah penanganan Covid-19. Jangan sampai menimbulkan konflik dan masalah baru,” kata dia.
Asprim mendesak pemerintah agar segera melakukan penanganan pandemi dengan efektif tanpa harus menghentikan roda perekonomian masyarakat khususnya Madura.