Desa Wisata Bakas Jadi Pilot Project Pengembangan Destinasi Baru

BADUNG, Kliknusae.com – Desa Wisata Bakas di Kecamatan Banjar Angkan, Klungkung, Bali kini didorong menjadi salah satu kawasan yang masuk dalam program pengembangan destinasi, kerjasama antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan Politeknik Negeri Bali.

“Saya mengharapkan kerja sama ini dimulai dengan pilot project dulu di Desa Wisata Bakas, karena desa ini termasuk ke dalam desa rintisan, jadi kita ingin lihat perkembangannya menuju desa wisata mandiri,” kata Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno di Kabupaten Badung, Jumat 11 Juni 2021.

Konsep yang diusung Desa Wisata Bakas yaitu agriculture tourism village dengan latar belakang banyaknya jumlah masyarakat desa itu sebagai petani.

Untuk atraksi wisata yang dihadirkan, seperti agriculture tracking, rafting & elephant tour, home stay, kuliner, kelas memasak, dan aktivitas membuat dan bermain layang-layang. Namun, dari sisi SDM di Desa Wisata Bakas masih perlu ditingkatkan.

Desa Wisata Bakas merupakan desa wisata rintisan yang akan dikembangkan menjadi desa wisata mandiri yang ramah lingkungan dan mengedepankan kearifan lokal.

Hal itu, sesuai dengan RPJMN 2020-2021 Kemenparekraf/Baparekraf yang menargetkan pada 2024 akan ada 244 desa wisata yang telah tersertifikasi sebagai desa wisata mandiri.

Sebelumnya, Politeknik Negeri Bali mendukung pengembangan desa tersebut, seperti menghadirkan mahasiswa teknik mesin yang berkaitan dengan teknologi cepat guna untuk mengelola sampah dan teknik sipil untuk membantu membuat “tracking”.

Nantinya, Kemenparekraf juga akan hadir untuk membantu meningkatkan SDM di Desa Wisata Bakas.

Karena, hadirnya SDM yang unggul dan berkualitas akan menjadi agen perubahan perkembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Deputi Bidang Sumber Daya Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya mengusulkan program pelatihan dan pendampingan yang diberikan akan berbasis kompetensi dan okupansi.

“Dua hal ini ingin kita gabungkan. Jadi, pola multi entry-multi exit (MEME) kita berikan kepada masyarakat di desa untuk diberikan pelatihan. Jika waktu dan anggarannya terbatas, maka bisa diambil pelatihan tiga unit saja, lalu kita berikan sertifikasinya,” katanya.

Dia menjelaskan nantinya bisa diambil unit pelatihan yang belum dilakukan sehingga pola MEME adalah kumpulan sertifikasi yang menjadi satu okupansi dan pada akhirnya bisa mendapatkan pendidikan yang formal.

“Jadi mereka memiliki kesempatan D1, D2, D3, hingga S1,” ungkap Wisnu Bawa Tarunajaya. (*/adh)

Sumber: Antara

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya