Siasat Wisata di Tengah Larangan Mudik

Penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Clean, Health, Safety and Environmental Sustainability) akan tetap diterapkan dengan ketat dan disiplin yang menjadi indikator utama.

Disebut Ayu, bagaimana sertifikasi CHSE ini telah terdistribusi dengan baik, yang artinya sudah banyak yang tersertifikasi.

“Jadi pelaku industri yang sudah tersertifikasi bisa dikatakan aman bagi wisatawan. Fungsi sertifikasi ini sejatinya jaminan kepada wisatawan dan masyarakat bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi protokol kesehatan, ada protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan karena CHSE ada empat pilar itu,” jelas Ayu.

Ayu mengatakan, CHSE akan terus dimonitor dan evaluasi. Hal ini penting untuk memastikan semua sudah berjalan sesuai aturan yang berlaku.

“Kalau lihat dari minat industri untuk terus tersertifikasi CHSE, berarti animo publik juga bagus, ini tetap kita laksanakan dan teruskan selalu kita evaluasi dari hasil itu kita lanjutkan yang tentunya sudah lebih baik dari yang dilaksanakan sebelumnya,” tambahnya.

Bicara soal jaring pengaman sosial bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, hal ini terkait pemberian hibah pariwisata juga insentif.

Di 2020 lalu, dikatakan Ayu, hibah pariwisata telah terealisasi sebesar Rp2,2 triliun dengan sektor industri penerimanya sebanyak 6.800-an hotel dan 7.600-an restoran.

“Tahun ini program tersebut akan dilanjutkan diperluas, kalau misalnya dana hibah pariwisata akan ditingkatkan di 2021 untuk menjangkau lebih banyak lagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, tahun lalu hanya menyentuh hotel dan restoran, di tahun ini akan diperluas,” katanya.

Ayu menambahkan, jaring pengaman utamanya Kemenparekraf terus memotivasi para stakeholder terus menerus menerapakan protokol kesehatan dengan baik.

“Semua orang harus sadar bahwa kalau pandemi tertangani dengan baik, maka semua otomatis akan berjalan dengan baik lagi,” tutupnya.

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya