Nikmatnya Ibadah Puasa Ramadhan, Perhatikan 2 Hal Penting Ini
Oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc
HARI ini umat muslim di Indonesia mulai melaksanakan indah puasa di hari pertama. Diantara nikmat yang Allah berikan kepada kita umat Islam adalah dengan datangnya bulan ramadhan dan disyariatkannya puasa dibulan Ramadhan, bulan kesabaran.
Dan ini merupakan nikmat yang harus kita syukuri. Karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“”¦Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”(QS. Al-Baqarah 2: 185)
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa hendaknya kita membesarkan Allah atas nikmat hidayah berupa hidayah untuk berpuasa ramadhan.
Itu menunjukkan bahwa puasa ramadhan merupakan hidayah. Siapapun yang berpuasa dibulan ramadhan karena iman dan berharap pahala, maka dia pasti diampuni dosa-dosanya dan sudah pasti dia akan mendapatkan hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka nikmat yang begitu besar ini hendaknya kita syukuri dengan cara kita berusaha untuk berpuasa sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada kita ketika sedang berpuasa untuk:
1.Banyak berdzikir
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “orang yang berpuasa yang paling utama disisi Allah adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala.” Maka semakin banyak berdzikir ketika kita berpuasa, maka itu semakin utama disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Terutama dzikir itu berupa membaca Al-Qur’an.
2. Meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat
Ini adalah perkara kedua yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pahala besar. Yaitu kita berusaha untuk meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat. Demikian pula ucapan-ucapan yang tidak baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
” Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu(sia-sia) dan rofats (ucapan yang tidak baik).”
Ketika kita sedang berpuasa, kita sangat dianjurkan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Baik itu dalam bacaan, obrolan, perbuatan dan semua hal yang sifatnya tidak memberikan manfaat apapun terhadap dunia dan agama kita.
Maka kita sangat dianjurkan untuk meninggalkannya. Saat puasa kita lebih banyak dihiasi dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, berarti semakin berkurang pula nilai puasa kita disisi Allah subhanahu wa ta’ala.
Berapa banyak diantar umat Islam yang menghabiskan waktu puasa dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Disana ada yang bermain game, ada yang berjalan kesana-kesani, ada yang ngobrol dengan obrolan yang tidak bermanfaat, mereka beralasan untuk menghabiskan waktu supaya tidak terasa.
Padahal, semua yang tidak bermanfaat itu tidak bernilai disisi Allah dan mengurangi kualitas pahala kita disisi Allah subhanahu wa ta’ala.
Maka dari itu kita berusaha untuk berpindah dari satu ibadah ke ibadah yang lainnya ketika kita sedang berpuasa.
Bila kita selesai membaca Al-Qur’an, kita sibukkan dengan membaca hadits atau kita sibukkan dengan berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala, atau kita sibukkan untuk menyebarkan ilmu, atau kita sibukkan kepada hal-hal yang bermanfaat yang lainnya.
Ketika kita optimalkan waktu puasa dengan hal-hal yang bermanfaat, maka itu akan menjadi puasa yang utama disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Puasa adalah membentengi diri, maka bila salah seorang kamu di hari ia berpuasa janganlah berkata kotor dan jangan teriak-teriak, dan jika seseorang memakinya atau mengajaknya bertengkar hendaklah ia mengatakan “Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini menunjukkan bahwa hendaknya kita meninggalkan hal-hal yang bisa menggangu orang lain seperti teriakan atau juga petasan yang bisa membuat orang terkejut.
Rasulullah melarang untuk menakut-nakuti orang lain. Ini semua adalah perkara yang bisa mengurangi pahala puasa kita disisi Allah subhanahu wa ta’ala.
Ketika kita sedang berpuasa, perbanyaklah berdo’a kepada Allah. Hal ini karena berdo’a disaat puasa adalah do’a yang tidak ditolak oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
” Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir”.
Ketika Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan ayat-ayat tentang puasa disurat Al-Baqarah, Allah menyisipkan ayat tentang do’a:
” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah 2 : 186)
Sementara orang yang berpuasa, dia menjawab panggilan Allah dalam firmanNya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)
Oleh karena itu kita berusaha untuk berpuasa karena iman dan berharap pahala disisi Allah, maka jelas orang yang berpuasa akan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Terutama dihari jum’at, berkumpul padanya dua waktu yang mulia dan dua waktu yang mustajab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Di hari Jumat terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas dia memanjatkan suatu doa pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang dia minta.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Bagaimana kalau ternyata itu terkumpul dua waktu yang mustajab. Yaitu dihari jum’at dan ketika sedang berpuasa.
Maka kekuatan yang sangat dahsyat saudaraku sekalian untuk diijabah do’a kita disaat-saat seperti ini. (***)