Menyelamatkan Industri Pariwisata Melalui Vaksin-CHSE
Kliknusae.com, – Tak bisa dipungkiri, kawasan pariwisata merupakan wilayah yang terdampak paling parah dari sisi ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Buktinya, ketika perekonomian nasional merosot minus 8 persen, justru di Bali mengalami penurunan lebih tajam hingga minus 12 persen.
Ini menjadi sebuah fakta kontraksi perekonomian yang tidak pernah terjadi sebelum COVID-19.
Padahal, potensi pariwisata di Pulau Dewata memberi kontribusi hampir 50 persen dari pendapatan pariwisata secara nasional, karena itu upaya mendorong kebangkitan Bali merupakan solusi yang tidak bisa ditawar lagi.
Saat ini, kebijakan yang menjadi “vaksin” bagi pariwisata adalah sertifikasi Clean, Health, Safety, dan Environment (CHSE) bagi destinasi wisata, termasuk hotel dan restoran serta pusat oleh-oleh yang mendukung pariwisata itu sendiri.
Kebijakan lain yang juga dapat menjadi “vaksin” bagi pariwisata adalah vaksinasi massal yang digulirkan pemerintah untuk mencegah berkembangnya pandemi COVID-19 tanpa batas waktu, apalagi vaksinasi itu juga diarahkan untuk para pekerja pariwisata dan wisatawan, di antaranya vaksinasi “drive thru” yang digulirkan mulai Minggu (28/2/2021).
Artinya, Bali sebagai kawasan pariwisata akan bangkit dengan konsep kepariwisataan berbasis vaksin dan CHSE, meski kehati-hatian masyarakat dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat juga tetap penting hingga kondisi benar-benar “clear” ketika target vaksinasi sudah tercapai.
Regulasi “Penalty for Health Protocol”
Dalam rapat koordinasi pemulihan pariwisata Bali (25/2), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai kemungkinan pembukaan kegiatan ekonomi, termasuk pariwisata juga akan dilakukan seiring dengan implementasi protokol kesehatan secara ketat.
Jumlah kasus COVID-19 di Bali dalam beberapa minggu terakhir ini telah menurun, karena menerapkan kebijakan pendekatan terukur dengan memperhitungkan dua faktor krusial, yaitu memungkinkan kegiatan ekonomi untuk dilanjutkan dan menegakkan implementasi protokol kesehatan di seluruh Bali, termasuk di tingkat desa.
Selain regulasi “Penalty for Health Protocol” yang akan diberlakukan dengan sanksi penalti administratif hingga deportasi bagi wisatawan itu, pemerintah juga memulai program nasional vaksinasi untuk 13.000 pekerja rumah sakit di Bali yang diharapkan akan memberi kepercayaan lebih kepada para wisatawan.
Tidak hanya itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno juga akan memberlakukan vaksinasi COVID-19 di lima kawasan/destinasi wisata di wilayah Provinsi Bali, yakni Nusa Dua, Ubud, Sanur, Kuta, dan Nusa Penida.
“Kita harapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali bisa dimulai vaksinasi secara masif. Lebih dari 10.000 pekerja sektor pariwisata di Bali sudah mendaftar untuk menjalani vaksinasi COVID-19. Efek bola salju vaksinasi COVID-19 di Bali ini akan kita hadirkan,” kata Sandi seperti dikutip Kliknusae.com dari Antaranews
Selain meninjau lokasi yang menjadi tempat pelayanan lantatur vaksinasi COVID-19 di area wisata Waterbom Bali di Kuta (25/2/2021), Menparekraf saat “berkantor” di Bali juga meninjau Grab Vaccine Center yang merupakan layanan vaksinasi “drive thru” di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali (27/2/2021).
Vaksinasi pertama untuk pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di Bali itu merupakan langkah pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, karena itu vaksinasi tahap kedua di Grab Vaccine Center yang didirikan oleh Grab dan Good Doctor akan diluncurkan secara resmi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (28/2/2021).
Grab Vaccine Center juga menyediakan layanan drive thru, yang terdiri dari empat zona.
Zona pertama adalah pendaftaran, lalu dilanjutkan dengan screening kesehatan, zona selanjutnya yaitu tempat dilakukannya vaksinasi dan di observasi selama 30 menit untuk melihat gejala klinis.
Apabila hasilnya baik maka penerima vaksin akan mendapatkan sertifikat yang menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah divaksin.
Pilihan vaksinasi dengan metode “drive thru” itu menjadi solusi yang penting untuk mengatasi pandemi dan mempercepat proses vaksinasi bagi ribuan pekerja pariwisata di Bali.
Kepercayaan Wisatawan
Sejak pandemi COVID-19 melanda pada saat Nyepi 2020 atau pertengahan Maret 2020 hingga menjelang Nyepi 2021 pada pertengahan Maret 2021 itu, Pulau Dewata tampaknya relatif sepi, kecuali wisatawan domestik yang jumlahnya juga belm seberapa.
“Kuta sepi sekali ya, saya pernah ada acara seminggu di Bali, saya sempat ke Kuta dan Ubud, kawasan-kawasan itu benar-benar sepi. Saya bisa membayangkan bagaimana penderitaan masyarakat Bali yang bergantung pada pariwisata,” kata wisatawan domestik asal Surabaya, Agus Budi.
Namun, ia bersyukur Pemerintah Provinsi Bali tidak memberhentikan atau memecat para pekerja wisata dan hanya “merumahkan”.
“Kalau dipecat itu orang sudah tidak ada harapan lagi, tapi kalau dirumahkan itu masih ada harapan, meski waktunya hampir satu tahun. Saya kira itu kebijakan yang menarik, karena win-win solution,” ucapnya.
Hal itu juga dibenarkan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa, karena itu pihaknya masih terus membuka pendaftaran vaksin COVID-19 gratis bagi para pelaku pariwisata, agar kondisi pariwisata segera pulih. Hingga saat ini, sekitar 60 ribu orang pekerja pariwisata sudah mendaftarkan diri.
“Target kami kalau bisa sebanyak-banyaknya. Tapi kami kan tidak tahu nanti berapa dapat jatah vaksin. Hotel-hotel yang ada di Bali juga siap menjadi titik pelaksanaan vaksin, tapi itu juga tergantung dengan vaksinatornya,” katanya.
Kebijakan vaksinasi bagi pekerja pariwisata dan wisatawan itu juga dinilai akan menumbuhkan kepercayaan wisatawan untuk datang ke Pulau Dewata tanpa rasa was-was.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan akselerasi atau percepatan menyelesaikan vaksinasi COVID-19 di Bali hingga mencapai kekebalan komunitas 70 persen, akan mendorong wisatawan lebih percaya diri untuk berkunjung atau datang ke Pulau Dewata.
“Pengusaha hotel divaksin, petugas bandara divaksin, dan sebagainya, maka wisatawan akan lebih merasa aman untuk berwisata ke Bali,” kata Trisno.
Per hari, peserta vaksin di Nusa Dua dibatasi untuk 800 orang dan ditargetkan dapat menyasar hingga 5.000 orang pelaku pariwisata.
Menurut Trisno, saat ini orang-orang berduit masih takut untuk berwisata karena mereka belum merasa aman dan nyaman.
“Dengan di Jawa dan Bali mendapat prioritas vaksin, harapannya bisa membangkitkan ekonomi juga untuk daerah lainnya di Tanah Air,” ucapnya.
Untuk tahap awal, Bali bisa menggarap potensi wisatawan domestik, sebelum wisatawan mancanegara.
Berdasarkan data 10 tahun terakhir, rata-rata per tahun wisatawan dari Tanah Air yang berwisata ke luar negeri itu sekitar 11 juta orang.
“Spending mereka besar juga sekitar 11 miliar dolar AS. Kalau yang 11 juta orang itu bisa ke Bali sekitar 50-60 persen, kan lumayan besar. Terlebih di tengah kunjungan wisatawan domestik ke Bali yang masih lemah, per hari dalam Januari-Februari 2021 ini rata-rata 2.500 orang, masih bagus tahun lalu yang sempat 5.000 orang,” ucapnya.
Dengan upaya vaksinasi yang terus digenjot, diharapkan kunjungan wisatawan ke Bali per hari bisa terkejar hingga 5.000-7.000, sehingga bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi yang pada kuartal terakhir 2020 terkontraksi hingga lebih dari 12 persen.
Agaknya, optimisme pariwisata di Bali itu mulai terlihat dengan kedatangan wisatawan 4.200 orang pada awal 2021, sehingga mengenai vaksinasi dan kesiapan dalam CHSE akan meningkatkan “kepercayaan” kepada Bali dan akhirnya mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan itu sendiri, termasuk “kepercayaan” dari wisatawan mancanegara dalam akhir 2021 atau awal 2022. (*/adh)