Harga Rp 120 Ribu, Rapid Test Antigen “Made In” Unpad Memiliki Akurasi 91,5 %
Sama-sama ada kelemahan
Namun, Adhi Sugianli, Pakar Patologis Klinis Unpad, menyebutkan, rapid tes baik berbasis antigen maupun antibodi sama-sama memiliki memiliki kelemahan. Tingkat akurasi keduanya masih lebih rendah dibanding tes PCR.
“Kalau saya mengacu pada dokumen yang sudah dikeluarkan oleh organisasi profesi patologis klinis sendiri, mereka sudah menyatakan rapid tes antigen antibodi itu jenjangnya sama, jadi tidak ada yang lebih superior di antara dua pemeriksaan tersebut,,” kata Adhi.
Menurut Adhi, efektivitas masing-masing jenis rapid tes itu tergantung situasi populasi yang dihadapi dan waktu pengambilan sampel, serta bagaimana riwayat Covid 19 di wilayah tersebut.
Dari tiga hal itu, baru bisa ditentukan rapid tes jenis apa yang bisa dipakai.
“(Rapid tes) antigen memiliki keunggulan karena diujikan terhadap partikel dari virus, sedangkan kalau antibodi mengambil kekebalan tubuh. Keduanya memilki fungsi atau tujuan yang berbeda. Menurut saya, keduanya efektif hanya kita mesti tahu waktu yang tepat untuk mengambil sampel dan mendeteksinya,” tutur Adhi.
Rapid tes antigen, menurut Adhi, tepat digunakan pada fase-fase awal, yaitu ketika seseorang baru terinfeksi Covid 19 atau sekitar satu minggu awal orang tersebut mengalami gejala.
Sedangkan rapid test antibodi, menurut Adhi akan lebih efektif mendeteksi orang yang telah terbentuk antibodi Covid 19 atau sekitar tujuh hingga 10 hari setelah terinfeksi. (BBC/KOM/adh)