Raja Thailand “Digulingkan” Mahasiswi 21 Tahun, Siapa Dia?

“Mereka bilang tidak apa-apa jika gerakan saya adalah tentang pemerintah  (tetapi) meminta saya untuk tidak berbicara tentang monarki,” katanya.

“Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak dapat melakukan itu karena itu adalah akar masalah dan jika kita tidak memperbaiki monarki, kita tidak dapat memperbaiki masalah lain. Saya harus menyebutkannya.”

Beberapa generasi tua mendukung perjuangan mahasiswa, salah satunya adalah  Kanokrat Lertchoosakul, dosen ilmu politik dari Universitas Chulalongkorn Bangkok.

Yang lainnya “terkejut” karena berani menyerukan “lembaga yang suci, tak tersentuh dan dicintai” untuk direformasi.

Raja Thailand Maha Vajiralongkorn. (Foto: abc.net.au)

“Tuntutan tersebut merupakan tuntutan paling radikal dalam sejarah politik Thailand,” kata Dr Lertchoosakul.

“(Generasi yang lebih tua) tidak akan berani berbicara tentang apa yang sebenarnya kita pikirkan. Apakah kita mencintai atau membenci sesuatu, kita harus menyimpannya di dalam. Inilah yang diajarkan kepada kita sejak kita masih sangat muda,” katanya.

Loyalis Pendukung Monarki Bangkit

Dimana pun kekuasan selalu menciptakan tandingan, ketika posisi dalam keterancaman maka sel-sel tidur pun dibangkitkan.

Pemerintah Thailand tidak tinggal diam. Pam Swakarsa pun muncul. Loyalis Thailand  tiba-tiba menyeruak dana  menyatakan kekecewaan mereka atas apa yang dikatakan para pengunjuk rasa dari kalangan mahasiswa.

Di salah satu yang terbesar di saat di bulan Agustus lalu, ada sekitar 1.200 anggota kelompok Loyal Thailand mengibarkan bendera nasional dan memegang potret Raja untuk menunjukkan dukungan teguh mereka terhadap monarki.

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya