Di Jakarta Pengusaha Restoran Bangkrut, Di Bali Hotel Juga Ikut Kolaps

Selain itu, menurutnya, selama ini Bali punya pasar andalan Wisman. Kini, pasar andalan itu lenyap seiring ditutupnya pintu masuk bagi turis asing ke Indonesia.

“Targetnya bukan hanya domestik tapi mancanegara dan dominasinya kalau kita lihat dari sisi hotel itu kontribusi daripada Wisman itu cukup lebih besar daripada domestik. Di sekitar lebih dari 30% ya itu dikontribusikan oleh Wisman,” ucapnya.

Hal ini menurutnya juga berdampak kepada industri ekonomi kreatif di Bali. Tak hanya hotel dan restoran, UMKM di Bali juga terdampak cukup berat.

“Sehingga aktivitas kita kalau bicara Bali itu hampir seluruh aktivitasnya itu konteksnya adalah pariwisata baik itu sektor-sektor dari akomodasi saja, tapi udah termasuk ekrafnya,” katanya.

Jadi, hampir seluruh masyarakatnya itu fokusnya adalah mayoritas adalah di sektor pariwisata. Begitu kontribusi daripada Wisman itu juga kecil atau hampir nol, tentu kegiatan aktivitas ini banyak berhenti.

Sejauh ini, dia menyebut bahwa tingkat okupansi hotel secara nasional dari Juni sampai September memang mulai tumbuh di angka 20-25%. Artinya ada pertumbuhan walaupun masih kecil.

“Kemudian kalau Bali tentu masih single digit, karena Bali itu telat bukanya di Juli. Kita juga masih fokus ke domestik. Saya jelaskan tadi di awal bahwa kalau domestik itu dibuka semua ke Bali pun paling maksimal okupansi 20-25% paling tinggi 30%,” urainya. (*/adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya