Okupansi MICE di Kota Bogor Mulai Bergerak Naik
BOGOR, Kliknusae.com – Industri perhotelan di Kota Bogor, Jawa Barat kembali menggeliat setelah sempat terjun bebas akibat pandami corona (Covid-19).
Hal ini terlihat dari kegiatan meeting (MICE) beberapa lembaga pemerintahan, swasta dan masyarakat yang mulai memenuhi beberapa hotel di Kota Hujan ini.
Membaiknya tingkat hunian kamar dari kegiatan meeting ini diakui, General Manager Onih Hotel Babay Maulana.
“Sekarang ini untuk MICE cukup baik, rata-rata di 41 persen. Angka ini juga mengakumulasikan tamu yang menginap di hotel,” kata Babay kepada Kliknusae.com, Rabu (30/09/2020).
Ditambahkan Babay, membaiknya tingkat hunian hotel sementara ini sangat bergantung kepada isu-isu yang muncul dari pemerintahan.
“Sebetulnya belum stabil ya. Bagaimana isu yang terjadi dan berkembang saja. Beberapa waktu lalu, misalnya, saat pemerintah Kota Bogor mengeluarkan kebijakan PSBB mikro, okupansi langsung anjlok,” tandasnya.
Pekan kemarin memang menjadi “suasana baik” bagi sebagian besar hotel di Kota Bogor. Meskipun belum optimal, tingkat hunian berada di 41 persen, bahkan lebih baik dan di atas Jawa Barat yang hanya mencapai 28 persen.
Ketua Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Chapter Bogor Raya Eka Gartika mengatakan, tingkat hunian tersebut lebih baik daripada saat awal merebaknya pandemi Covid-19.
Pada awal pandemi, yakni Maret dan April–tingkat hunian merosot jauh sampai di bawah 10 persen.
Eka menjelaskan, tingkat hunian hotel di Kota Bogor pada Agustus lalu sebenarnya sudah lebih baik daripada pekan kemarin, yakni mencapai 51 persen.
Kondisi tersebut terjadi, setelah Pemerintah Kota Bogor menerapkan pembatasan sosial berskala besar praadaptasi kebiasaan baru (PSBB Pra-AKB) mulai awal Agustus yang memberikan kelonggaran pada sektor usaha yang tidak dikecualikan, termasuk hotel.
“Namun, adanya informasi mengenai Kota Bogor kembali berada di zona merah pada awal September, berdampak pada tingkat hunian hotel menjadi menurun lagi,” katanya.
General Manager Hotel Asana ini menyatakan, ada sejumlah tamu yang sudah memesan untuk menginap dan membuat kegiatan di hotel di Kota Bogor, kemudian membatalkannya.
“Namun pada pekan depannya, beredar informasi bahwa status Kota Bogor sudah turun lagi menjadi zona oranye, sehingga tingkat hunian hotel juga meningkat lagi,” ungkapnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor dr Yuno Abeta Lahay mengakui bahwa tinggi rendahnya okupansi hotel masih rentan oleh pergerakan Covid-19.
“Jika tren-nya naik, biasanya kan diikuti oleh kebijakan pemerintah. Kebijakan ini yang sangat mempengaruhi okupansi hotel. Katakanlah, tiba-tiba ada penyekatan jalan keluar masuk untuk membatasi pergerakan manusia, itu uda pasti berdampak pada tingkat hunian kamar,” jelasnya. (adh)