Ekraf Film Festival 2020: Dorong Pelaku Ekraf Jabar Bangkit Kembali
Cerita, audio, dan teknik pengambilan gambar yang apik, kata Kang Emil, menjadi modal penting dalam membuat film berkualitas.
“Film yang baik menurut saya ada skrip, urut-urutan apa yang harus diambil, ceritanya seperti apa, sehingga menghasilkan cerita yang kuat. Kadang-kadang ceritanya kuat, tapi teknis fotografinya biasa saja juga bisa keren, apalagi kalau teknis fotografinya bisa bagus,” ucapnya.
Sedangkan Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, film yang baik harus mengandung pesan moral, nilai kebangsaan, patriotisme, dan edukatif.
“Setiap film yang dibuat ada pesan-pesan yang disampaikan kepada masyarakat, khususnya para penonton, terutama pesan moral yang harus diselipkan dalam setiap filmnya. Apalagi hari ini tontonan dianggap jadi tuntunan,” kata Kang Uu.
Gali Potensi Jabar Lewat Film
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar Dedi Taufik mengatakan, ekraf sub sektor film dapat menampilkan potensi-potensi kepariwisataan Jabar. Apalagi, pada 2017, tercatat jumlah pelaku ekraf sub sektor film, animasi, dan video mencapai 1.000 komunitas.
“Saya inginkan kedepan di Jawa Barat ada pengembangan industri kreatif terutama terhadap perfilman yang dikemas dalam tempat-tempat destinasi wisata yang memang menjadi unggulan di Jawa Barat,” kata Dedi.
Menurut Dedi, Ekraf Film Festival 2020 bertujuan memfasilitasi pelaku ekraf untuk bangkit dan memulihkan ekonomi pada masa AKB.
Ia berharap film-film yang dihasilkan dapat mengedukasi masyarakat untuk terus berkarya di tengah pandemi.
“Ekraf merupakan suatu konsep di era ekonomi baru yang mengedepankan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama,” ucapnya.