Anggaran Kampanye Wisata Domestik Rp 234 Triliun Ditolak Masyarakat
Kliknusae.com – Ini terjadi di Jepang. Mayoritas masyarakat negeri Sakura tersebut menolak rencana pemerintah melakukan kampanye wisata domestik yang disubsidi. Padahal anggaran yang sudah disiapkan cukup besar yakni USD 16 Miliar atau sekitar 234 triliun.
Penolakan tersebut karena masyarakat menganggap penanganan pandemic corona (Covid-19) belum tuntas. Sampai saat ini masih ditemukan kasus infeksi Corona.
Dilansir dari Reuters, Rabu (22/7/2020) pemerintah Jepang menggelontorkan dana USD 16 miliar (sekitar Rp 234 triliun) untuk kampanye bertajuk ‘Go To’.
Kampanye ini dimulai pada Rabu dengan tujuan menggenjot pariwisata domestik. Namun hal itu dikhawatirkan akan menularkan Corona ke daerah pedesaan yang fasilitas kesehatannya tidak selengkap di perkotaan.
Belum lagi, pada Minggu (19//7/2020) televisi NHK menyiarkan bahwa lebih dari 500 kasus Corona baru ditemukan secara nasional. Dari jumlah tersebut sebanyak 188 kasus berasal dari Tokyo.
Berkaitan dengan hal itu, surat kabar Asahi melakukan survei telepon pada masyarakat Jepang untuk menanyakan pendapat mereka.
Hasilnya, 74 persen responden menyatakan tidak setuju atau menentang kampanye itu.
Tak jauh berbeda, survei yang dilakukan Nikkei juga menunjukkan 80 persen responden menyatakan masih terlalu dini untuk meluncurkan program tersebut.
Sampai saat ini, Jepang belum menghadapi jenis penyebaran virus Corona yang cepat dan telah membunuh puluhan ribu orang di negara lain. Tetapi Tokyo telah meningkatkan peringatan virus Corona ke level tertinggi setelah muncul serangkaian kasus tertinggi.
Jumlah kasus Corona secara nasional adalah 25.736 kasus dengan jumlah korban meninggal mencapai 988. Sementara itu tingkat kesembuhannya memang tinggi yakni 20.155 orang.
Melalui kampanye ‘Go To’, para wisatawan akan mendapatkan subsidi sebanyak 50 persen untuk mendorong ekonomi yang bergantung pada pariwisata di luar wilayah yang populasinya padat.
Dengan meningkatnya kasus di ibu kota Jepang, kampanye yang semula terbuka untuk semua, kini akan mengecualikan orang yang tinggal atau berlibur di Tokyo.
(adh/dtk)