New Normal; Media Shifting dan Transformation di Tengah COVID-19
Hal di atas perlu kita ingatkan kembali agar wacana New Normal ini tidak dianggap sebagai beban atau ancaman bagi industri bisnis.
Bahaya psikosomatik bisa mempengaruhi upaya pelaku menuju kesiapan mental menghadapi perubahan kedepannya. Jadi, wajib dipahami dulu kondisinya sebelum menginjak ke arah yang subtanstif poin pada kondisi mendatang.
Dan kini, objek perubahan itu muncul akibat wabah coronavirus yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan. Untuk itu, hal yang perlu diperhatikan bagi hotelier dalam menyikapi kondisi baru dalam operasional kedepannya adalah cukup sederhana dengan menyandingkan standar prosedur operasional dengan relevansinya pada standar kesehatan lingkungan yang diatur dari pihak terkait misalnya Dinas Kesehatan atau Kementerian Kesehatan.
Ada 3 hal pokok yang mesti diperhatikan dari segi kesehatan lingkungan di dunia perhotelan, yaitu : 1). Standar Kebersihan yang ditingkatkan ke arah higinis dan sanitasi (Hygiene and Sanitation Standard) ; 2). Pola Sentuhan dan pengaturan jarak antar manusia (Touch Point and Physical Distancing); dan 3). Penggunaan alat pengaman diri (Personal Protective Equipment / PPE).
Ketiga hal tersebut dikembangkan sesuai area atau fasilitas hotel, ukuran dan karakter hotel, konsep operasional dan manajemen hotel serta hal lainnya sehingga memunculkan temuan terhadap bagaimana cara mengerjakannya, apa saja peralatan atau barang yang perlu ditambahkan atau diganti, jumlah orang yang akan dipekerjakan dan deskripsi tugasnya serta terakhir berapa angka yang muncul sebagai anggaran atas perubahan standar tersebut.
Semua hal tersebut dibahas secara detail sampai akhirnya lahir SOP yang mengandung konsep new normal. Jangan lupa bahwa konsep tersebut harus menjawab 2 hal minimum yaitu : 1). apa keluhan / ancaman selama pandemic ini, dan 2). apa tuntutan yang menjadi kebutuhan pelanggan kedepannya?
Setelah itu mulai dengan orientasi dan training (socialization) kepada seluruh elemen karyawan hingga level terbawah.
Hal lain yang dapat menjadi tantangan pula bagi industri hotel dalam menyongsong new normal tersebut adalah dari faktor eksternal. Dicontohkannya mitra kerja seperti tranpsortasi dari luar, suplayer barang dan bahan makanan, atau lainnya.
Semua pihak tersebut juga harus mendukung upaya hotel dengan mempertimbangkan “touch point” yang pasti terjadi ketika serah terima dan penanganan barang-barang yang akan dikirim ke hotel. Pada divisi keuangan juga akan terjadi perubahan struktur biaya, contohnya pada kebutuhan chemical untuk daily cleaning yang nantinya wajib mengandung disinfektan untuk mencapai level kebersihan yang higinis dan sanitasi.
Biaya operasional otomatis akan naik karena harga barang dengan spesifikasi lebih tinggi cenderung akan lebih tinggi daripada regular product. Kenaikan bisa berkisar 10-18% , semoga tidak lebih dari segitu agar kita tidak terlalu tinggi menaikkan harga kamar nantinya.
Kenaikan biaya operasional lainnya akan dirasakan secara percentage selain dari segi nominal rupiah. Kita lihat meeting package yang biasanya 1 venue bisa hosting 100 pax kedepannya akan berkurang daya tampung pesertanya sehingga cost percentage dari paket meeting itu akan lebih tinggi.
Karena selain biaya makan yang variable mengikuti jumlah pax, ada biaya fixed lainnya dimasukkan ke dalam harga tersebut seperti sewa peralatan, biaya listrik (AC, lampu) serta lainnya.