COVID-19,Resesi Ekonomi,dan Urgensi Kebersamaan
Pada Kuartal IV nanti, situasinya diharapkan membaik. Ketika investasi dan ekspor tumbuh negatif, motor penggerak pertumbuhan yang masih bisa diandalkan adalah konsumsi dalam negeri. Maka, dalam beberapa waktu ke depan, pemerintah diharapkan menerapkan kebijakan yang mendorong penguatan konsumsi, baik konsumsi masyarakat maupun konsumsi pemerintah sendiri.
Terkait dengan resesi ekonomi, Indonesia memang tidak boleh hanya menunggu. Sambil tetap berfokus pada kerja merespons dampak wabah virus corona, kepedulian bersama dan respons bersama pada resesi ekonomi pun harus dimulai.
Kalau selama ini hanya pemerintah lewat Menkeu Sri Mulyani yang menyuarakan kecemasan, kini semua dipanggil untuk peduli. Masalahnya, negara dan bangsa ini harus menemukan jalan keluar yang bisa meminimalisasi ekses resesi ekonomi.
Negara-negara dengan perekonomian yang maju dan kuat sudah coba merespons resesi. Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, misalnya, sudah berinisiatif dengan beberapa paket kebijakan stimulus ekonomi.
Indonesia pun sudah menempuh inisiatif yang sama. Pemerintah berencana menerbitkan obligasi khusus, yang hasilnya akan disalurkan untuk membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar tetap mampu bertahan dan menciptakan lapangan kerja.
Selain itu, Presiden RI Joko Wiodo berjanji menyelenggarakan program padat karya tunai untuk memberi penghasilan sementara bagi pekerja harian yang kehilangan pendapatan akibat pandemi Covid-19. Akan ada beragam program padat karya, termasuk memproduksi masker, disinfektan, dan berbagai keperluan untuk menangani wabah Covid-19.