Achmad Yurianto Geser Presiden Jokowi Sebagai “10 Top Influencer”

“Dalam situasi kontingensi seperti saat ini, upaya untuk membangun public trust melalui media tidak bisa dilakukan dengan gaya yang biasa-biasa saja. Perlu ada suatu upaya sehingga masyarakat, punya mercusuar, atau petunjuk arah yang pasti, jelas dan tajam,” tuturnya.

Menurut dia, khususnya di masa pandemik semacam ini, strong message menjadi sesuatu yang sangat penting, terutama strong message yang disampaikan oleh strong leaders.

“Hal ini penting mengingat, rasa keingintahuan masyarakat sangat besar, dan mereka membutuhkan sebuah arahan untuk bertindak, berlaku, dan khususnya akan meyakinkan masyarakat akan masa depan mereka,” ucap Rustika.

Dalam kesempatan itu, ia menyebutkan, isu COVID-19 tak hanya mendominasi pemberitaan media online (daring), namun juga menarik perhatian publik di Tanah Air.

Indonesia Indicator (I2), sebuah sebuah perusahaan Intelijen Media dengan menggunakan piranti lunak Artificial Intelligence (AI) dalam risetnya bertajuk “Corona, Analisis Media Online, Twitter dan Facebook” mencatat, sepanjang 2 Maret hingga 26 April 2020 terdapat 1.336.363 berita terkait Corona dari 2.623 media daring berbahasa Indonesia.

“Isu Corona bahkan lebih banyak diberitakan media jika dibandingkan dengan pemberitaan pilpres yang rata-rata sekitar 100 ribu berita per bulan,” ungkapnya.

Menurut Rustika, dinamika pemberitaan isu pandemik COVID-19 dibentuk oleh tiga hal, yakni curiosity (rasa ingin tahu), controversy (kontroversi), dan story (kisah).

Rasa keingintahuan masyarakat yang cukup besar, kata dia, bisa dilihat dari perkembangan pemberitaan di media daring sejak isu virus yang berasal dari Wuhan diberitakan pada akhir Desember 2019 lalu.

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya