Mengapa Kesultanan Siak Sri Indrapura Selalu Eksis
Tanah tempat tempat tersimpannya berbagai situs sejarah, warisan peradaaban kerajaan melayu Riau yang begitu akrab dengan kehidupan sungai.
Pemerintah bersama masyarakat Siak tak hanya menjadikan sungai sebagai sarana transportasi, sumber perokonomian (industri kertas, perikanan dan pertanian) namun juga sebagai kegiatan masyarakatnya seperti rekreasi keluarga, pusat kuliner, olah raga (dayung/pacu jalur), kegiatan ritual keagamaan, budaya dan lainnya.
Layaknya air yang mengalir, dinamis dan mudah berbaur, masyarakat Siak menjadi masyarakat yang tumbuh sebagai masyarakat multi ethnis dan multi agama dengan rukun sejak lebih dari 1 abad silam.
Hal ini terbukti dari adanya kelenteng Hock Siu Kiong yang telah berdiri di tengah-tengah kota sejak 1871 atau masa kepemerintahan Sultan Syarif Kasim-I .
Jembatan-jembatan megah dibangun selain untuk menghubungkan daratan yang terpisah oleh sungai Siak juga untuk mempersatukan masyarakatnya.
Tak kurang dari 6 Jembatan besar terbentang megah di sepanjang aliran sungai Siak yang panjangnya mencapai 500 km ini.
Tampaknya pemerintah Siak sekarang ini tak hanya menganggap jembatan sebagai alat penyeberangan belaka, desain konstruksi jembatan utama “Tengku Agung” yang membentang di samping istana dibuat begitu megah.
Unik dan ditata secara apik dengan detail ornamen bercorak khas melayu yang senada dan merepresentasikan warna bendera kerajaan masa silam.
Disekitarnya, terdapat faslitas taman, dermaga, permainan lampu warna-warni menghiasi jembatan menambah keindahan dimalam hari.
Selain pusat kegiatan di waterfront city di sini juga terdapat taman hutan kota yang menambah suasana kota menjadi lebih teduh dan asri.
(zulfie)