Bali dan Pulau Komodo Masuk Daftar “No Visit” 2020
Tak hanya itu, sorotan pada Bali juga mengenai sampah. Khususnya di kawasan selatan Bali, ditemukan banyak sampah di pantai yang menjadikannya kurang sedap dipandang.
“Tahun 2017 Bali mengalami ‘darurat sampah’. Badan Lingkungan Hidup Bali mencatat bahwa pulau itu menghasilkan 3.800 ton sampah setiap hari,” tulis Fodor.
Sebuah akun IG-@econscious.us mengambarkan bahwa persoalan sampah di Bali sudah sangat serius dan harus menjadi perhatian bersama..
“Bali became very touristic and if every tourist would bring awareness and refuse to accept single use plastic from locals they would quickly adapt! They make their living from us (tourists) and if we don’t buy plastic they will not offer. Please make a change! Educating other is very powerful..” tulis akun tadi.
Meski begitu bukannya pemerintah Bali berdiam diri. Sejak Desember 2018, Bali sudah memberlakukan larangan pemakaian plastik sekali pakai.
Tim-tim kebersihan digerakkan di pantai-pantai, bersama masyarakatnya untuk membuat Bali lebih bersih.
Kembali soal overtourism, fenomena tersebut menelurkan turis-turis nakal. Ada saja turis yang tidak menghormati situs-situs suci atau tempat ibadah, mabuk-mabukan di jalan, sampai berkelahi di jalanan.
Pemerintah Bali pun tak tinggal diam. Gubernur Bali Wayan Koster kini menyusun peraturan daerah yang mengatur tentang pariwisata.
Peraturan tersebut, nantinya berisikan beragam etika dan larangan yang harus dituruti turis selama plesiran di Bali.
“Ya kita mengarah ke sana. Target di eksekutif Desember ini selesai, tentang kualitas penyelenggaraan kepariwisataan Bali sekarang hampir selesai draft awalnya, tinggal diskusi lagi,” kata Koster kepada wartawan di Denpasar, Bali, Selasa (16/10) kemarin.
Bali sejatinya punya banyak pesona keindahan alam dan keberagaman budaya. Untuk itu masalah-masalah pariwisata yang muncul sebaiknya cepat ditanggapi agar Bali tetap menjadi tujuan wisata favorit turis dunia.
(adh)