Ngeri Amat Jika Sriwijaya Air Dipaksa Terbang

“Karena dengan kondisi adanya problem yang timbul, dengan wktu yang diperlukan, disediakan dari jam 10 pagi sampai 5 pagi sudah terbang lagi, itu berat untuk membuat pesawat bisa sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” jelas Romdani.

Oleh sebab itu, dirinya memilih untuk keluar dari manajemen karena memang keadaanya sangat mengkhawatirkan.

“Jadi kami sangat peduli karena surat kami tidak dipedulikan, saya nggak mau menanggung risiko yang terjadi, lebih baik saya mengundurkan diri dengan Pak D.O (Direktur Operasional) sebagai konsekuensi saya sebagai safety penerbangan,” pungkas Romdani.

Sebelumnya Direktur Quality, Safety, dan Security Sriwijaya Air Toto Soebandoro memberikan surat rekomendasi kepada Plt Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson I. Jauwena.Surat rekomendasi itu bernomor 096/DV/INT/SJY/IX/2019 tertanggal 29 September 2019.

Dalam uraiannya, Toto menegaskan pemerintah dalam hal ini, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan atau DGCA (Directorate General Civil Aviation), sudah mempunyai cukup bukti dan alasan untuk menindak Sriwijaya Air setop operasi karena berbagai alasan.

Dalam pertemuan yang dilakukan manajemen, diketahui bahwa ketersediaan tools, equipment, minimum spare dan jumlah qualified engineer yang ada ternyata tidak sesuai dengan laporan yang tertulis dalam kesepakatan yang dilaporkan kepada Dirjen Perhubungan Udara (DGCA) dan Menteri Perhubungan.

Dia mengatakan, ada bukti bahwa Sriwijaya Air belum berhasil melakukan kerja sama dengan JAS Engineering atau MRO (maintenance repair overhaul) lain terkait dukungan line maintenance.

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya