Uji Kompetensi Pemandu Geowisata Pertama di Indonesia
Lebih lanjut Haeru menuturkan, “Dalam hal ini kita kerja sama dengan dinas pariwisata dan pemda. Dia sudah latih itu sebanyak 78 orang itu. Nah sekarang Kemenko Maritim mengambil alih untuk lisensinya supaya dia tuntas. Karena misal umpama kalau bisa bawa mobil tapi tidak ada SIM kan ditilang, sama halnya pemandu, harus ada lisensi supaya aman,” tuturnya.
Terkait lisensi ini, Haeru menyampaikan, dibutuhkan asesor penguji. Untuk itu, Kemenko Maritim bekerjasama dengan LSP Pramindo. Namun asesor yang tersedia belum mencukupi, yakni baru 2 orang saja.
“Asesornya itu baru 2. Sekembalinya kami nanti ke Jakarta, kami akan coba koordinasi dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) supaya ada asesornya. Karena ini kalau mereka ada halangan kan susah, padahal ini Rinjani nanti ada Toba dan lain-lain. Ada 5 yang harus diperhatikan seperti ini. Kalau masing-masing misal ada 78 orang pemandu begitu, nah ini butuh asesor, kalau nunggu 2 asesor, kapan selesainya? nah ini yang jadi persoalan. Di kita ini persoalannya jumlahnya, orangnya ada, tapi kuantitasnya yang menjadi persoalan,” paparnya.
Karena itu, Asdep TB Haeru berharap sesegera mungkin asesor bertambah, mengingat pentingnya pemandu geowisata untuk kemajuan pariwisata di Indonesia.
“Karena pemandu ini merupakan duta Bangsa Indonesia atau setidaknya duta di daerah tempat ia melakukan tugasnya. Ia jadi tumpuan harapan wisatawan, perusahaan yang mempekerjakannya, bahkan daerah atau negara tempat ia bekerja,” tutup Haeru.*** (IG)