Presiden Jokowi “Pamer” Kemegahan Tol Cisumdawu
Saat itu pihak Satker Pelaksanaan Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Kementerian PUPR seperti dikutip dari detikcom, sebelum memutuskan membangun terowongan, ada beberapa opsi untuk menghindari adanya konstruksi terowongan terutup menembus gunung.
Kala itu opsinya memindahkan trase sisi Tanjungsari dan sisi Sumedang untuk menghindari risiko ‘menabrak’ gunung agar tak ada terowongan.
Namun kala itu opsi ini tak jadi pilihan karena akan banyak mengubah trase lahan tol yang sudah dibebaskan.
Opsi lainnya yang juga tak jadi, adalah membangun lintasan terowongan terbuka dengan menggali bukit hingga kedalaman 50-60 meter, dengan risiko kerusakan ekosistem, potensi longsor yang tinggi karena lahan di lokasi merupakan tanah lunak.
https://www.instagram.com/p/B2IZzGtgWKV/
Pilihan ini memang sangat berisiko, karena bila gunung digali dengan kedalaman 60 meter, maka konsekuensinya punya lereng yang sangat curam, ada risiko tak stabil sehinggar berbahaya bagi pengguna tol karena rawan longsor.
Akhirnya, opsi pembangunan terowongan dipilih, tapi waktu itu awalnya ada opsi terowongan tertutup yang akan dibangun panjangnya lebih dari 1 Km.
Namun karena pertimbangan efisiensi maka dicari lokasi yang lebih pendek untuk membangun terowongan.
Pihak Satker sempat menyodorkan dua opsi pembangunan di dua lokasi yang panjang terowongan antara lain 1,05 km dan 1,2 km.
Namun setelah dievaluasi dan pertimbangan engineering maka opsi terowongan yang panjang 1,2 km dicoret.
Lalu lokasi calon terowongan sepanjang 1,05 km ditekan jadi hanya 500 meter, atau tepatnya kini 472 meter saja.
(adh/cnbc)