Nasi Uduk Bu Omas Memasuki Industri 4.0

“Tapi kalau sedang ramai sekali, jam 12 siang juga sudah pulang karena semua sudah habis,” sambung Sutep (40), putra tertua Ibu Omas yang selama ini membantu melayani pembeli.

Nasi uduk dengan menu telor balado,tumis kacang buncis,ketang goreng kering dikenakan harga Rp 15.000, sudah termasuk air teh tawar panas.

Jalan Ganesa Institut Teknologi Bandung (ITB). Foto:adhi

Jika ingin menu lengkap kisaran antara Rp.20.000 – Rp. 23.000 per porsi.

“Sekarang harga cabai sudah mahal, sekilo bisa sampai Rp. 80 ribu. Tapi kan kita gak ingin menghilangkan sambal. Nanti kumaha atuh, kurang sedap,” kata Omas mengeluh karena tingginya harga cabai.

Rata-rata omset per hari dari berjualan nasi uduk, Omas yang tinggal di kawasan Cicaheum,Kota Bandung ini bisa membawa pulang uang antara Rp. 1-1,5 juta.

Ada enam orang yang membantu Omas untuk mempersiapkan menu dagangannya yakni  tiga orang sebagai juru masak dan belanja di rumah, dan tiga orang lagi membantu melayani pengunjung.

Belakangan terjadi lonjakan pendapatan setelah ikut pembayaran secara digital. Di warung nasi uduk bu Omas sudah bisa bertransaksi dengan aplikasi OVO.

Gerobak Nasi Uduk Bu Omas yang sejak tahun 2017 setia melayani pengunjung. Foto: adhi

“Saya mah, tidak tau yang begitu. Anak saya yang ngerti. Tapi bagi ibu, sangat membantu sekali karena tidak perlu repot-repot kasih kembalian. Ibu tinggal menyiapkan makanannya saja,” kata Omas dengan senyum mengembang.

Menurut Sutep, dirinya baru dua minggu ini menggunakan OVO dan ternyata sebagian besar mahasiswa yang makan ditempatnya pembayarannya menggunakan OVO.

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya