Hasil Riset, Kinerja Pariwisata Indonesia Merosot
Bank Indonesia (BI) mencatat adanya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sebesar US$ 8,44 triliun atau setara 3,04% Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang kuartal II-2019.
Angka defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), kali ini lebih dalam dibanding kuartal II-2018 yang haya US$ 7,9 miliar atau 3,01% PDB.
Sebagai informasi, transaksi berjalan (current account) merupakan indikator penting dalam perekonomian.
Nilainya mencerminkan aliran devisa yang keluar-masuk Indonesia melalui sektor riil, seperti transaksi barang dan jasa.
Kala nilainya negatif alias defisit, artinya lebih banyak devisa yang keluar ketimbang yang masuk. Ibarat dompet, ya makin tipis saja.
Sementara pada kuartal II-2019 impor jasa pariwisata tumbuh 9,7% menjadi US$ 2,21 miliar dibanding kuartal II-2018.
Tak heran apabila surplus transaksi jasa pariwisata di kuartal II-2019 hanya sebesar US$ 805 juta, atau turun 21,9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Jika ditarik lebih ke belakang yaitu sejak tahun 2011, pertumbuhan ekspor jasa pariwisata bahkan sedang berada dalam tren penurunan.
Ini merupakan salah satu indikator bahwa ada kecenderungan pertumbuhan wisatawan asing semakin kecil.
Hal ini sejalan dengan tren pertumbuhan jumlah wisatawan asing yang dicatat oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Ada kecenderungan pertumbuhan jumlah wisatawan asing terus menurun.