H Ama Soewarma, Mengabdi Di Kepanduan Hingga Akhir Hayat

Dalam catatan yang ditulis Berty Sinaulan dalam kompasiana 2016 silam, Soewarma digambarkan sebagai tokoh The Last Boy Scout, yang bila diterjemahkan secara bebas berarti “Pandu (Putera) Terakhir”.

Anak ketujuh dari 8 bersaudara dari pasangan Mas Oetjik dan istinya Nyi Ningroem, konon kabarnya dilahirkan di atas kereta api, ketika orangtuanya hendak berkunjung ke kakaknya di Garut.

Orangtua Soewarma sendiri tinggal di Gang Simcong (sekarang Jalan Adibrata) di Bandung, Jawa Barat.

Soewarma memang seorang Pandu yang dalam Bahasa Inggris pada zamannya disebut Boy Scout, walaupun sekarang disebut Scout saja, karena kepanduan pun telah menerima anggota puteri.

Dia menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), suatu sekolah Belanda untuk bumiputera.

Soewarma kemudian melanjutkan pendidikannya secara khusus di Sekolah Dagang Douwes Dekker.

Pendidikannya itu amat berguna ketika dia menjadi pengusaha. Tercatat antara lain Soewarma mengelola PT Permorin (kongsi agen Mercedes dan Mitsubishi), lalu biro perjalanan PT Sari Express, dan objek wisata air panas di Cipanas, Ciater, jawa Barat, melalui perusahaannya PT Sari Ater.

Di bidang kepanduan, Soewarma telah aktif menjadi anggota sejak usia 8 tahun. Keaktifannya itu jugalah yang membawanya pergi ke Belanda, mengikuti Jambore Dunia Kepanduan ke-5 di Vogelenzang, pada 1937.

Saat itu, Soewarma dan teman-temannya dari Nederlandsch-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) mewakili Kepanduan Hindia-Belanda.

Kontingen Hindia-Belanda itu terdiri dari berbagai ras, suku, dan agama. Ada para Pandu yang memang anak-anak Belanda, ada keturunan Tionghoa, Arab, dan kaum bumiputera yang juga terdiri dari beberapa suku bangsa.

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya