Curug Citambur, Terdengar Seperti Suara Tabuhan Tambur

Ketua BTRC I Nyoman Tri Pandita menuturkan, “Komunitas kami adalah para pelaku pariwisata di Kota Bandung yang concern terhadap kemajuan Pariwisata Jawa Barat. Dengan melihat langsung objek wisata, kami bisa memberikan masukan positif kepada dinas terkait dan memasarkan kepada calon wisatawan. Di dalam komunitas ini ada anggota berbagai organisasi pariwisata Indonesia”.

Pernyataan lain juga datang dari Nico Darmawan Efendi, salah seorang peserta touring. Ia mengatakan, “Curug ini indah, airnya bening dingin dan membuat nyaman. Hanya sayang aksesibitas ke tempat ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kalau sebuah DTW ingin maju dan terkenal, aksesibitas harus bagus, untuk itulah kerjasama antar dinas diperlukan”.

Foto bersama dengan latar Curug Citambur. (Foto BTRC)

Lebih jauh Nico yang juga selaku Ketua Indonesian Tour Leader Association (ITLA) yang sudah around the world ini, menambahkan, “Selama ini, terkesan yang kita jual hanya wilayah utara, Tangkuban Parahu, Ciater dan sekitarnya, justru wilayah selatan lebih indah. Ayo kita mulai pasarkan wilayah selatan”.

Kembali ke Curug Citambur, ada hal menarik soal sejarah Curug Citambur, terdapat  dua versi asal-usul disebut Curug Citambur. Versi pertama menurut cerita  pada zaman dahulu suara setiap air yang jatuh dari atas curug ke kolam berbunyi “bergedebum” seperti suara tambur, sebuah alat musik tabuh yang dipukul. Maka disebut Citambur.

Versi lain mengatakan, curug tersebut dulu termasuk dalam wilayah Kerajaan Tanjung Anginan yang rajanya bergelar Prabu Tanjung Anginan. Pusat kerajaannya berada di Pasirkuda, yang kini termasuk Desa Simpang dan Desa Karangjaya.

Dugaan pusat kekuasaan di sana karena ada batu yang berbentuk kursi yang diyakini warga sebagai tempat duduk raja. Sementara itu, nama Pasirkuda karena ada sebuah batu di bukit (pasir dalam bahasa Sunda) yang berbentuk kuda. Saat kerajaan berdiri, setiap raja mau mandi ke curug selalu ditengarai dengan suara tambur, yang ditabuh para pengawal. Suara berdebumnya alat musik tabuh itu terdengar cukup jauh sehingga warga Pasirkuda menyebutnya Curug Citambur. Namun belum diketahui secara pasti sejarah dan masa keberlangsungan Kerajaan Tanjung Anginan.

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya