Mengenal Lamban Pesagi, Rumah Adat Lampung Berusia Ratusan Tahun
Klik nusae – Lamban Pesagi merupakan salah satu rumah adat Lampung. Tahun 2014, rumah ini resmi ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda kategori Arsitektur Tradisional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Rumah adat Lampung ini memiliki arti kata, yaitu lamban adalah rumah dan pesagi adalah persegi, karena denahnya berbentuk segi empat. Rumah ini berasal dari Desa Kenali, Kecamatan Belalau, daerah Gunung Pesagi di Lampung Barat yang bersuhu dingin. Lokasi tersebut mempengaruhi gaya arsitektur Lamban Pesagi yang tertutup atau tidak ditemui serambi terbuka di bagian depan.
Lamban Pesagi merupakan salah satu bukti majunya peradaban arsitektur generasi jauh sebelum milenial yang diprediksi tahan gempa. Ditinjau dari tempat asalnya di Lampung Barat, ketika terjadi gempa tahun 1994 silam, rumah-rumah Pesagi ini tetap kokoh berdiri.
Jika dihitung usia, Lamban Pesagi ini berumur lebih dari 200 tahun, karena sebelum dibawa untuk direkonstruksi, pihak Museum Negeri Lampung sebelumnya telah melakukan penelitian dan peninjauan, dan terbukti sudah ada 4-5 generasi yang tinggal di rumah itu.
Bentuk bangunan Lamban Pesagi menurut Herry Wiryono, peneliti dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat, yang diambil dari laman www.bpsnt-bandung.blogspot.com merupakan rumah tradisional berbentuk panggung yang sebagian besar terdiri dari bahan kayu dan atap ijuk.
Atap perisainya memiliki teritis panjang berbentuk pelana. Teritis berupa kanopi pada pintu masuk utama disangga konsol miring yang panjangnya sampai ke lantai rumah. Terdapat tangga dari papan yang dilengkapi dengan railing sederhana. Struktur panggung terputus dengan struktur dinding rumah.
Posisi dinding lebih menjorok keluar sedikit dan ditopang balok-balok atas struktur panggung. Dinding rumah cenderung tertutup dan hanya memiliki sedikit bukaan berupa jendela. Tiang-tiang panggung diletakkan pada pondasi umpak yang berbentuk segi empat. Kolong rumah panggung digunakan untuk kandang atau gudang.
Bangunan ini terdiri dari beberapa ruangan, yaitu Lawang Kuri (gapura), Pusiban (tempat tamu melapor) dan Ijan Geladak (tangga “naik” ke rumah); Anjung-anjung (serambi depan tempat menerima tamu), Serambi Tengah (tempat duduk anggota kerabat pria), Lapang Agung (tempat kerabat wanita berkumpul), Kebik Temen atau kebik kerumpu (kamar tidur bagi anak penyimbang bumi atau anak tertua), kebik rangek (kamar tidur bagi anak penyimbang ratu atau anak kedua), kebik tengah (yaitu kamar tidur untuk anak penyimbang batin atau anak ketiga).
Rumah Lamban Pesagi dibangun berdasarkan kearifan setempat yang menyesuaikan dengan kondisi geografis daerah tersebut. Rumah panggung ini terdiri dari banyak unsur, antara lain Tihang duduk, Bah lamban, Atung, Uwongan, Kakakh, dan Bujokh.
Kini rumah Lamban Pesagi dapat dijumpai di halaman Museum Negeri Lampung, Jalan ZA. Pagar Alam No.64, Gedong Meneng, Kedaton, Kota Bandar Lampung. Rumah tersebut merupakan hasil rekonstruksi komponen bangunan asli yang dibawa langsung dari Lampung Barat pada awal tahun 2000-an.*** (IG)