Dialog Disparbud Jabar dengan Menpar, Bahas Potensi Pariwisata Jabar
Klik nusae – Usai jamuan makan siang kegiatan Gebyar Pesona Budaya Garut (GPBG) di Bale Tingtrim, Pujasega Resaturant, Jalan Otto Iskandardinata No. 64, Tarogong, Garut, Sabtu (6/4/19), Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya melakukan dialog santai bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat.
Dialog tersebut membahas potensi dan program pengembangan pariwisata Jawa Barat. Kegiatan diawali pemaparan materi oleh Kepala Disparbud Jabar, Dedi Taufik. Turut hadir dalam kegiatan Deputi Pengembangan Destinasi Pariwisata Dadang Rizki Ratman, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Ferdiansyah, beberapa Kepala Dinas Pariwisata kota/kabupaten di Jawa Barat, dan para tamu undangan lainnya.
Inti pemaparan materi dari Kadisparbud Jabar yaitu permohonan dukungan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Dedi Taufik menyampaikan beberapa langkah dan rencana yang akan diterapkan Disparbud Jabar dalam upaya pengembangan pariwisata, diantaranya pemanfaatan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka; Percepatan pembukaan akses Tol Cisumdawu; Program setiap operator pariwisata berkunjung ke destinasi; dan lainnya.
“Lewat pemaparan ini, kami berharap Pak Menteri dapat memberikan dukungan atas program kami dan masukan apa saja yang diperlukan dalam pengembangan pariwisata. Kami sampaikan juga bahwa runway BIJB sudah tambah jadi 3000 dan siap beroperasional untuk kegiatan umrah, namun kendala ada di aksesibilitas karena Tol Cisumdawu belum beres,” ujar Dedi Taufik.
Baca juga: Menpar Menilai Gebyar Pesona Budaya Garut Perlu Kurator
Sementara itu, Menpar Arief Yahya menyampaikan pihaknya siap membantu pengembangan pariwisata Jawa Barat. Menurutnya, untuk pengembangan pariwisata itu diperlukan Rumus 3A, yaitu Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas. Rumus tersebut sudah berhasil mengembangkan pariwisata di beberapa tempat dengan dibantu Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
“Provinsi Jawa Barat ini sudah punya pemimpin daerah yang bercita-cita menjadi Provinsi Pariwisata, ini sangat bagus karena pengembangan pariwisata juga tergantung CEO daerahnya. Menurut saya yang paling mungkin di Jabar kembangkan industri kreatif dan pariwisata ada di dalamnya,” papar Menpar.
Arief menambahkan, dari rumus 3A Jabar sudah mempunyai seni budaya terbaik di Indonesia sebagai modal atraksi. Untuk akses, pemerintah pusat akan bantu terus dengan pembangunan tol dan aksesibilitas lainnya. Sedangkan amenitas diperlukan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata.
“Tantangan terberat di negara berkembang ada di masalah birokrasi perizinan, investor paling takut berurusan dengan dinas. Makanya diperlukan program Kawasan Ekonomi Khusus agar relevan dalam mengurus perizinan. Untuk menuju destinasi kelas dunia harus punya KEK. Segera ajukan ke kami jika ingin membangun KEK dengan memenuhi persyaratan,” jelas Arief Yahya.
Dari segi pemasaran, Arief menyarankan untuk memakai sistem pemasaran berstandar dunia yang sudah ada di Kemenpar, agar memudahkan untuk mengontrol dan mengevaluasi.
“Pemasaran dan promosi gunakan konsep B2B, selling dalam travel mart. Kemudian Calender of Event, nanti Kemenpar akan memasukan dalam CoE Nasional. Untuk promosi destinasi silakan pilih dulu top 5 atau top 10 destinasi utama terus usulkan ke Kemenpar untuk kita bantu pasarkan juga,” pungkasnya.*** (IG)