Ketua BPPD Cecep: Jawa Barat Harus Lakukan Diversifikasi Destinasi
Klik nusae – Mengembangkan sebuah kawasan wisata tidak bisa hanya berdasarkan pendekatan batas administrasi pemerintahan saja. Akan tetapi dibutuhkan satu kesepakatan untuk membuat sebuah destinasi yang terintegrasi.
Dengan cara ini, maka akan lebih memudahkan para wisatawan untuk berkunjung dan memilih daerah mana yang akan disinggahi.
“Inilah yang belum dilakukan di Jawa Barat untuk membuat satu konsep kawasan pariwisata. Antara satu pemerintahan dengan pemerintahan daerah lainnya, masih jalan sendiri-sendiri,” demikian dikemukakan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi Jawa Barat, Cecep Rukmana dalam perbicangan dengan Klik nusae,Selasa (12/3/2019) di Jalan Sersan Baidjuri, Kota Bandung.
Baca Juga: Jadi Ikon Jawa Barat, Pangandaran Perlu Dikenalkan Kepada Dunia
Cecep mencontohkan, wisatawan belum mendapatkan itinerary yang baik saat berada di Kota Bandung ketika mereka ingin berkunjung ke Takuban Perahu. Padahal ada tiga pemerintahan daerah tingkat II di kawasan tersebut yang mestinya bisa menyiapkan attraction,accessibility dan amenity.
“Disini pentingnya duduk bersama, Kota Bandung mau menyiapkan apa, begitu juga Kabupaten Bandung Selatan,dan Kabupaten Bandung. Harus terintegrasi satu sama lain sehingga para wisatawan pun tidak saja diberikan kemudahan,tetapi juga mendapat banyak pilihan,” tambahnya.
Baca Juga: Satukan Visi Pariwisata Menuju Jawa Barat Juara Lahir Bathin
Menurut Cecep, selama ini swasta sebetulnya telah bergerak untuk menyiapkan industri pariwisata seperti akomodasi dan lainnya . Hanya saja kesiapan ini tidak diimbangi dengan aksesibilitas yang baik.
“Tugas siapa yang menyiapkan aksebelity? Pemerintah kan. Dan harus diketahui aksebelity kan tidak cuma jalan,tetapi juga harus tercipta konektivitas antara satu moda ke moda yang lain. Bagaimana seorang turis dari Jakarta misalnya, pakai kereta mau ke Takuban Perahu. Ada tidak kendaraan yang konek ke sana menggunakan kendaraan umum,” tanya Cecep.
Di negara-negara maju,seperti Jepang para wisatawan tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi karena pemerintah telah menyiapkan transportasi umum yang konektivity-nya sangat baik.
“Memang ada juga yang pakai bus karena paket 20-30 orang. Tapi banyak juga wisatawan individual di Jepang lebih memilih menggunakan moda umum karena kalau sewa mobil, mahal harganya,” papar Cecep.
Kondisi moda massal yang terkonek inilah,lanjut Cecep, yang belum ada di Jawa Barat bahkan juga mungkin sebagian besar di Indonesia.
Baca Juga: BPPD Jabar Lakukan Revitalisasi Jalur Wisata
“Artinya konsep pengembangan pariwisata di kita saat ini belum mengarah kepada bisnis oriented. Kedua, masih terkotak-kotak antara pemerintah daerah satu dengan pemerintah daerah lainnya,belum terintegrasi dalam satu kawasan,” ungkapnya.
Sebetulnya, bagi Jawa Barat memiliki potensi yang sangat besar untuk meraih wisatawan,baik wisatawan mancanegara maupun nusantara (domestik). Hanya, beberapa persoalan tadi yang menjadikan penghambat tumbuhnya pariwisata di kawasan ini.
“Apalagi wisatawan domestik yang terus meningkat hingga mencapai 45 juta orang menambah kondisi kemacetan yang makin crowded. Oleh sebab itu, pemerintah Jawa Barat harus memikirkan diversifikasi destinasi. Jadi kalau bisa, nanti jangan single destinasi saja yang dijualnya tapi menciptakan kawasan-kawasan yang terintegrasi di masing-masing daerah tingkat II,” jelasnya.
(adh)