ICA Berikan Penghargaan Kepada Tokoh “Kuliner” Jabar

Indonesian Chef Association (ICA) Jawa Barat memberikan penghargaan kepada para tokoh pariwisata ,akademisi,politisi yang telah memberikan perhatian terhadap perkembangan kuliner tanah air,khususnya Jawa Barat. Foto:Klik nusae/Adhi

Klik nusae – Indonesian Chef Association (ICA) Jawa Barat memberikan penghargaan kepada beberapa tokoh ICA,akademisi,politisi,pemerintahan dan stakeholder lainnya yang telah memberikan perhatian terhadap perkembangan kuliner,khususnya di Jawa Barat.

Penghargaan tersebut diberikan pada acara Gathering “Sareundeuk Saigel” ICA Jawa Barat yang berlangsung,Minggu petang (10/3/2019) di Prama Grand Preanger Hotel.

Mereka yang mendapatkan medali penghargaan tersebut adalah;Chef Mahdi iskandar,Chef Dedi Surahman,Chef Adi Ruhaedi,Chef Rochendi,Che Willy,Chef Yazdi,Chef Bobby,Chef Yazi,Weddy,Chef Dedi Soekartin (Direktur Delmeat, penemu teknologi Aging System),Faisal (Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung),Herlas Juniar (anggota DPRD Jawa Barat),dan Umar.

“Mereka adalah para tokoh pendiri ICA,pemerhati kuliner yang selama ini konsisten menjadi partner ICA Jawa Barat dalam memajukan kuliner di tanah air, khususntya di Jawa Barat,” kata Ketua ICA Jawa Barat Anton Kuswendi.

Dikatakan Anton, perkembangan kuliner di Jawa Barat maju pesat. Hal ini bisa dilihat dengan munculnya para pemain baru di industri kuliner,terutama di Kota Bandung. Bisnis “icip-icip” ini dinilai masih sangat menjanjikan.

“Tentu perkembangan ini harus kita barengi dengan pengetahuan para chef muda. Mereka harus bisa dengan cepat mereson perubahan yang diinginkan masyarakat. Oleh sebab, acara gathering seperti ini secara kontinyu akan terus kita adakan,” papar Anton yang juga Executive Chef GH Universal Hotel Bandung ini.

Apa yang disampaikan Anton memang cukup beralasan. Bandung sebagai kiblat kuliner di Indonesia selalu menjadi barometer bagi para pelaku bisnis makanan. Seperti halnya mode fashion,selalu saja ada hal baru yang lahir dari bumi Parahyangan ini.

Ketua ICA Jawa Barat Anton Kuswendi saat memberikan sambutan di acara Gathering “Sareundeuk Saigel” di Prama Grand Preanger Hotel. Foto:adhi

Seperti dikatakan  Ketua Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Jawa Barat (Jabar), Iwan Gunawan, pertumbuhan permintaan produk kuliner Bandung rata-rata melampaui 10 persen per tahun.

Tingginya pertumbuhan permintaan tersebut, kata dia, ditunjang oleh kuatnya brand Bandung sebagai pusat wisata kuliner.

“Pasar produk kuliner Bandung itu luas. Konsumen, khususnya dari luar kota, selalu penasaran dengan apa yang baru di Bandung,” ujar Iwan

Menurut Iwan, struktur geografis Bandung yang berada di ketinggian dan cuacanya yang cenderung dingin membuat produk kuliner selalu dicari.

Selain itu, Bandung memiliki banyak makanan khas untuk dikonsumsi pada waktu tertentu, seperti pagi atau malam hari.

Namun, kata Iwan, untuk saat ini belum ada produk kuliner yang muncul menjadi icon Bandung, seperti Ma Icih beberapa waktu silam.

Produk-produk pendatang baru, hanya mampu bertahan sesaat tanpa mampu mencapai popularitas tinggi.

“Bahkan, banyak yang hanya mampu bertahan sebentar, sebelum sempat dikenal masyarakat secara luas,” katanya.

Baca Juga : Gathering ICA Jabar Mendapat Antusiasme Ratusan Peserta

Sementara menurut Pemilik Vincake, Vino G Bastian, prospek kuliner Bandung sangat menjanjikan. Hal itulah yang mendorong dirinya meluncurkan Vincake di Bandung. Walaupun, sejumlah rekan artis sudah meluncurkan produk sejenis sebelumnya.

Vino menilai, brand Bandung sebagai kota kuliner membuat banyak pelaku usaha berlomba-lomba melahirkan produk kuliner di Kota Bandung. Walaupun banyak pemain baru, tapi pasar produk kuliner Bandung belum jenuh.

“Kuncinya adalah diferensiasi produk dan bagaimana menjaga kualitas produk,” katanya.

Chef Ricky Sulaiman saat mendemokan masakan di hadapan para peserta gathering. Foto:adhi

Di Bandung, kata dia, bisa saja banyak produk kue. Tapi pelaku usaha harus bisa membuat kue yang berbeda dari yang lain untuk bisa merebut pasar.

Hal yang tak kalah penting dalam industri kuliner, kata dia, adalah inovasi dan higienitas produk. Inovasi untuk mempertahankan pasar karena umur produk kuliner yang relatif singkat. “Sementara higienitas terkait keamanan pangan. Ini merupakan hal terpenting di industri kuliner,” ujar Vino.

Menurut Vino, produk kuliner akan mampu bertahan di pasaran. Bahkan, bukan tidak mungkin menjadi pemimpin pasar kendati hadir belakangan jika produknya memiliki keunikan.

Inilah yang menjadi tantangan ICA Jawa Barat kedepan.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya