PHRI Banten Segera Kirim Surat Ke Presiden

Pengurus BPD PHRI Banten menyalurkan bantuan korban bencana tsunami Selat Sunda kebeberapa titik di Anyer dan Tanjung Lengsung. Bantuan ini datang dari BPD PHRI DKI Jakarta. Foto:Ist

Klik nusae – Dalam waktu dekat Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Banten dan asosiasi lainnya seperti Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) akan melayangkan surat kepada Presiden RI.

Surat yang dikirim ke Presiden tersebut adalah pilihan terakhir karena pasca bencana tsunami Selat Sunda upaya pemulihan terhadap daerah dan kawasan terdampak bencana dinilai lambat. Akibatnya,sebagian wilayah destinasi seperti Anyer,Tanjung Lesung dan Cinangka kini berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan.

“Ini sudah masuk bulan ketiga,tetapi tidak ada action yang konkret dalam upaya recovery kawasan yang terdampak bencana. Pemerintah selama ini lebih banyak melakukan pembahasan,singkronisasi,pra rapat koordinasi (Rakor),Rakor dan nanti tanggal 6 Februari ada Focus Group Discution (FGG). Trus, kapan aksinya memulihkan korban bencana ini,” tandas Ketua Harian PHRI BPD Banten Ashok Kumar kepada Klik nusae,Sabtu (2/2/2019).

Menurut Kumar, jika tidak segera dilakukan langkah-langkah konkret atau percepatan pemulihan maka industri pariwisata di wilayah ini akan mati. Dampak, lanjutannya adalah sosial masyarakat akan jatuh pada titik paling nadir.

Oleh sebab itu,tanpa menunggu kerja cepat pemerintah,program jangka pendek yang dilakukan industri pariwisata di Anyer adalah dengan membentuk Instans Recovery Team (IRT). Mereka merupakan para GM hotel,restauran, tempat rekreasi dan asosiasi pariwisata lainnya.

“Kami harus bertahan hidup,makanya segala daya upaya coba kami lakukan. Ada GM Marbella,Pondok Layung dan yang lainnya. Namun ini tentu, tidak bisa menjangkau lebih luas. Dibutuhkan keseriusan pemerintah untuk mengatasi pasca bencana yang sudah berdampak buruk ini ditengah masyarakat,” lanjut Kumar.

Ditambahkan Kumar, bahwa pariwisata itu adalah  atraksi. Kalau atraksinya tidak dilakukan  maka tidak ada  orang yang akan datang. Padahal sesungguhnya, bencana itu sendiri sudah berlalu sehingga tidak perlu dikhawatirkan

Terbukti, sudah banyak turis asing (bule) yang mulai mendirikan kemah. Mereka sudah melakukan interaksi meski status masih siaga 3. Akibatnya sempat terjadi gesekan antara regulasi dan keinginan wisman karena mereka melihat semua sudah berjalan aman.

Ketua BPD PHRI DKI Jakarta Krisnadi (kiri) memberikan surat berisi list bantuan untuk korban bencana tsunami Selat Sunda kepada Ketua BPD PHRI Banten Ashok Kumar (kanan). Foto:Ist

“Sebetulnya, force majeur  itu tidak boleh ada orang takut. Karena ini kan bencana  datangnya dari Tuhan, kita tidak boleh terlalu lama takut. Ada batasnya. Tuhan tidak akan menguji kita terlalu jauh, jika hambanya memang tidak mampu menghadapinya,” ungkap Kumar.

Tentu kondisinya sangat beda dengan bencana yang terjadi di Bali beberapa waktu silam. Dimana butuh pemulihan yang sangat lama pasca terjadinya Bom Bali.

“Harus bisa membedakan antara force majeur dan man made disaster (bencana karena perbuatan manusia). Terutama dalam penanganannya. Pemerintah sebetulnya sudah bisa bergerak cepat, supaya tidak berlarut-larut sehingga memunculkan multi effect player yang saat ini sungguh dahsyat,” paparnya.

Dari hasil penelusuran PHRI Banten ada 221 komponen yang terimbas oleh bencana tsunami kali ini. Kondisinya sungguh memprihatinkan. PHK terjadi dimana-mana. Usaha perdagangan juga lumpuh total mulai dari pedagang ikan,daging,buah-buahan,gula,garam, Indomaret,Alfamart,tukang ojek,kost-kostan dan hampir semua sektor terhenti.

“Belum lagi mereka yang kredit motor dan mobil sudah tak bisa lagi bayar. Bagaimana mau bayar kalau industri i sudah stop,” katanya.

Kumar mencontohkan, mereka yang bekerja di hotel sudah tidak menerima gaji. Banyak industri yang terpaksa merumahkan para karyawannya.

“Bayangkan,selama ini setiap bulan,tanggal 30  mereka  punya gaji. Tanggal 15 dapat uang service. Tapi sekarang,zero,” tegas Kumar.

Bencana yang menyapu kawasan Tanjung Lesung dan sekitarnya memiliki dampak yang luas, termasuk ke wilayah Anyer yang sebetulnya tidak terkena tsunami. Namun karena pemberitaan media yang begitu “bombastis” masyarakat pun menjadi takut.

“Banyak karyawan tak mau masuk kerja karena trauma. Ditambah, orang tak  lagi mau datang. Ini yang harus segera diatasi. Jika terlalu lama tidak ada langka konkret maka bisa memicu tingkat kerawanan sosial,” lanjut Kumar, yang juga pengurus Kadin Bidang Pariwisata Provinsi Banten ini.

Saat ini PHRI bersama pelaku industri pariwisata lainnya terus berupaya melakukan pembagian bantuan kepada para korban bencana. Baik mereka yang terkena langsung,maupun masyarakat yang terdampak.

Seperti beberapa hari lalu,BPD PHRI Banten kembali menyalurkan bantuan dari PHRI DKI Jakarta ke beberapa titik rawan pangan. Beberapa barang kebutuhan sehari-hari yang dibagikan diantaranya sprei,biskuit,susu,pampers dan pembalut wanita,kopi,gula, susu SGM,teh,energen,beras,sarung,selimut,pakaian dalam,sabun,bed cover dan kebutuhan lainnya.

“Karena ini bantuan kemanusiaan, kepada tim saya sudah wanti-wanti,jangan sampai sehelai pun hilang. Begitu pun makanan untuk anak-anak. Mereka harus tetap mendapatkan perhatian. Anak-anak kan tak pernah berpikir apa itu bencana. Waktunya makan ya harus makan,” kata Kumar.

Sekretaris PHRI BPD DKI Jakarta Irsal Syahbudin membenarkan bahwa Ketua BPD PHRI DKI Jakarta Krisnadi menyerahkan langsung bantuan kepada BPD PHRI Banten untuk diteruskan kepada yang membutuhkan.

“Karena waktunya bersamaan dengan kegiatan yang urgent, Pak Krisnadi tidak bisa ikut langsung membagikan. Bantuan kita antar sampai ke Cilegon,langsung diberikan oleh Pak Krisnadi kepada PHRI Banten yang diterima pak Ashok Kumar,” kata Irsal.

Selain itu, PHRI juga melakukan pelayanan pemulihan trauma (trauma healing) untuk komunitas korban. Bukan saja masyarakat,tetapi juga para General Manager (GM) dan karyawan. Karena ada juga GM yang menjadi korban digulung ombak,meski pun tidak sampai menelan korban jiwa.

“Ada empat karyawan yang meninggal. Mereka juga mengalami trauma cukup dalam. Inilah yang juga menjadi perhatian kami,” tandasnya.

Melihat kondisi yang ada sekarang,Ashok Kumar mengemukakan pemulihan industri pariwisata atas dampak bencana Banten  harus didukung oleh seluruh pihak, terutama oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.

“Harapan kami adanya recovery dari seluruh pihak untuk memulihkan pariwisata di Banten ini. Kami juga meminta bantuannya kepada kawan media. Kami tidak akan mengeluh, kami akan action langsung untuk memulihkan Pariwisata di Banten ini,” katanya.

Kedepan, dengan menginventarisir masalah akibat dampak tsunami di pesisir Banten tersebut, lanjut Ashok, pihak PHRI BPD Banten akan melakukan beberapa gagasan dengan menghadirkan wisata baru di daerah Anyer sampai Tanjung Lesung.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya