41 Diplomat Dengarkan Pemaparan Potensi Pariwisata Indonesia
JELAJAH NUSA – Dengan gamblang dan terang benderang,semua potensi pariwisata dibedah dalam Workshop Pengembangan Kapasitas Promosi dan Pemasaran Pariwisata Bagi Diplomat RI.
Bertindak sebagai keynote speaker dalam acara tersebut Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata Kemenpar I Gde Pitana. Workshop digelar di Golden Palace Hotel Lombok dengan dihadiri 41 diplomat dari seluruh benua.
“Pariwisata adalah penyumbang PDB, Devisa dan Lapangan Kerja yang paling mudah, murah dan cepat. Dan buih keuntungannya bisa menetes sampai lapisan terbawah,” tutur Pitana dalam keterangan tertulis,kemarin.
Dia memaparkan dari data The World Travel & Tourism Council (WTTC), pertumbuhan pariwisata Indonesia masuk 9 besar dunia dan di jajaran Asia nomor tiga.
Dari periode Januari-Desember 2017 saja, angkanya sukses menembus 22%. Angka pertumbuhan ini di atas rata-rata pertumbuhan turisme dunia yang hanya menorehkan 6,4%. Presentasenya juga lebih tinggi dari pertumbuhan ASEAN sebesar 7%.
“Kita hanya kalah dari Vietnam yang tumbuh lebih di angka 29% karena melakukan banyak deregulasi. Malaysia hanya tumbuh 4%. Begitu pula dengan Thailand,” papar Pitana.
Pertumbuhan ini langsung berimbas ke perolehan devisa. Kini, pariwisata sudah menjadi penyumbang devisa nasional nomor dua terbesar setelah industri kelapa sawit (CPO).
Sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak tahun 2015 dari USD 12,2 miliar, pada 2016 menjadi USD 13,6 miliar dan pada tahun 2017 naik lagi menjadi US$15 miliar.
Diharapkan pada tahun ini sektor pariwisata meraup devisa hingga USD 17 miliar. Sedangkan, proyeksi tahun 2019 sebesar USD 20 miliar.
Dia menyebut Indeks daya saing Pariwisata Indonesia juga naik fantastis dari peringkat 70 dunia di tahun 2013, melompat ke posisi 50 besar di 2015 dan saat ini 2017 menembus papan 42 besar dunia.
“Ini karena kita perkuat branding Wonderful Indonesia dan memperbaiki 14 pilar yang sudah disusun oleh TTCI (Travel and Tourism Competitiveness Index), World Economic Forum,” jelas dia.
Menpar Arief Yahya menyebut pariwisata sudah dilirik sebagai primadona baru bagi perekonomian bangsa karena pertumbuhannya yang sangat bagus.
Dari beragam fakta tadi, selama empat tahun di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla itu, Arief mengatakan masa depan pariwisata akan semakin terbuka.
“Kinerja ini berkat CEO Commitment, yang ditunjukkan presiden selama memimpin kabinet kerja ini,” tutur Menpar Arief Yahya.
Pertama, pariwisata ditetapkan Presiden Jokowi sebagai leading sector dan sekaligus core ekonomi bangsa.
Kedua, presiden sendiri sudah hadir dan men-support pariwisata dengan menetapkan 10 destinasi prioritas, atau yang sering dipopulerkan dengan istilah 10 Bali Baru.
Ke-10 Destinasi Prioritas itu antara lain Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Bangka Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan
Seribu DKI Jakarta, Borobudur di Joglosemar, Bromo-Tengger-Semeru Jawa Timur, Mandalika di Lombok, Komodo Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sulawesi Tenggara dan Morotai Maltara.
Ketiga, presiden sudah hadir langsung di banyak destinasi wisata tersebut, seperti Raja Ampat, Morotai, Labuan Bajo, Larantuka, Mandalika, Borobudur, Tanjung Lesung, dan Danau Toba. ”
“Semua itu menunjukkan komitmen yang tinggi dari Presiden Jokowi terhadap dunia Ppariwisata. Dan sekarang, kami meminta bantuan para diplomat untuk menularkan ‘virus’ Wonderful Indonesia di luar negeri,” kata dia.
Dalam acara ini hadir Sesdep Pengembangan Pemasaran I Edy Wardoyo, Ketua Tim Percepatan Wisata Belanja dan Kuliner Vita Datau Mesakh serta PIC Program Nomadic Tourism, Waizly Darwin.
Tampak juga Tim Ahli Co Branding Rizanto Binol dan Plt Kabid Hubungan Luar Negeri Kemenpar Ikasari Kusuma Wardhani.
(adh/dtk)